Minggu, 20 September 2020

Kisah 5: Hujan Es

 

Udara terasa panas namun angin berhembus dengan sedikit kencang menggerakkan daun pepohonan dan tumbuhan-tumbuhan lainnya kesana-kemari seperti saling melambai mengikuti irama alam. Aku mulai terasa kedinginan akibat hembusan angin itu. Awan-awan yang tadi terlihat cerah berwarna putih tiba-tiba berubah menjadi hitam kelabu. Seram juga rasanya melihat langit yang kian gelap. Aku lalu masuk ke dalam rumah. Ku tutup pintu rapat-rapat agar angin tak masuk. Enak sekali rasanya di saat cuaca seperti ini untuk tidur pikirku.

Sekitar pukul 4 sore tetes-tetes air mulai berjatuhan membasahi permukaan bumi. Bau tanah pun tercium. Semakin lama hujan pun turun semakin deras. Tak hanya suara petir saja yang terdengar menggelegar tetapi juga suara lain. Terdengar suara seperti kerikil yang berjatuhan di atas atap seng rumah kami. Aku pun tak bisa tidur karena mendengarnya. Aku begitu takut tetapi juga penasaran. Lantas kulihat keluar jendela.

“Hujan es.. hujan es...,” teriakku. Aku lantas memanggil Puput, bapak, dan ibu untuk menunjukkan apa yang kulihat. Kami sangat terkejut. Kami melihat keluar lagi, tampak es batu bersebaran di halaman rumah. Potongan es yang sebesar kerikil itu juga ada yang masuk ke dalam rumah kami melalui bawah pintu.

Di sini, kami jarang sekali minum es. Kami lantas mengambil es-es itu dan mencampurkannya dengan air teh, maka jadilah es teh. Rasanya tak kalah dengan es teh yang pernah kami minum.

Hujan es terjadi sampai pukul 5 sore. Setelah reda, orang-orang pun pada berhamburan keluar rumah. Rasa penasaran mengalahkan rasa dingin yang kami rasakan. Kami ingin melihat langsung potongan es yang tersebar itu dengan mata kepala kami. Memang, potongan es tampak bersebaran di jalan. Jika tadi aku berada di luar rumah sudah pasti aku akan terluka karena akan seperti terkena lemparan kerikil yang bertubi-tubi rasanya. Ini adalah pertama kalinya aku mengalami hujan es. Aku pun pernah kembali mengalaminya saat masih tinggal di sana. Kalau di Jawa ini, aku belum pernah mengalaminya sama sekali.

Konon hujan es ini terjadi jika ada pohon temung yang menggugurkan semua daunnya. Aku sih tidak begitu paham apa hubungan ilmiahnya. Tapi aku tahu pohon temung itu, setahuku dulu di komplek ada 2 yaitu di belakang gedung jurusan THP (Teknologi Hasil Pertanian) dan di sebelah timur kantor. Pohonnya besar sekali dibandingkan pohon-pohon lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar