Udara terasa
panas namun angin berhembus dengan sedikit kencang menggerakkan daun pepohonan
dan tumbuhan-tumbuhan lainnya kesana-kemari seperti saling melambai mengikuti
irama alam. Aku mulai terasa kedinginan akibat hembusan angin itu. Awan-awan
yang tadi terlihat cerah berwarna putih tiba-tiba berubah menjadi hitam kelabu.
Seram juga rasanya melihat langit yang kian gelap. Aku lalu masuk ke dalam
rumah. Ku tutup pintu rapat-rapat agar angin tak masuk. Enak sekali rasanya di
saat cuaca seperti ini untuk tidur pikirku.
Sekitar pukul 4
sore tetes-tetes air mulai berjatuhan membasahi permukaan bumi. Bau tanah pun
tercium. Semakin lama hujan pun turun semakin deras. Tak hanya suara petir saja
yang terdengar menggelegar tetapi juga suara lain. Terdengar suara seperti kerikil
yang berjatuhan di atas atap seng rumah kami. Aku pun tak bisa tidur karena
mendengarnya. Aku begitu takut tetapi juga penasaran. Lantas kulihat keluar
jendela.
“Hujan es..
hujan es...,” teriakku. Aku lantas memanggil Puput, bapak, dan ibu untuk
menunjukkan apa yang kulihat. Kami sangat terkejut. Kami melihat keluar lagi,
tampak es batu bersebaran di halaman rumah. Potongan es yang sebesar kerikil
itu juga ada yang masuk ke dalam rumah kami melalui bawah pintu.
Di sini, kami
jarang sekali minum es. Kami lantas mengambil es-es itu dan mencampurkannya
dengan air teh, maka jadilah es teh. Rasanya tak kalah dengan es teh yang
pernah kami minum.
Hujan es terjadi
sampai pukul 5 sore. Setelah reda, orang-orang pun pada berhamburan keluar
rumah. Rasa penasaran mengalahkan rasa dingin yang kami rasakan. Kami ingin
melihat langsung potongan es yang tersebar itu dengan mata kepala kami. Memang,
potongan es tampak bersebaran di jalan. Jika tadi aku berada di luar rumah
sudah pasti aku akan terluka karena akan seperti terkena lemparan kerikil yang
bertubi-tubi rasanya. Ini adalah pertama kalinya aku mengalami hujan es. Aku
pun pernah kembali mengalaminya saat masih tinggal di sana. Kalau di Jawa ini,
aku belum pernah mengalaminya sama sekali.
Konon hujan es
ini terjadi jika ada pohon temung yang menggugurkan semua daunnya. Aku sih
tidak begitu paham apa hubungan ilmiahnya. Tapi aku tahu pohon temung itu,
setahuku dulu di komplek ada 2 yaitu di belakang gedung jurusan THP (Teknologi
Hasil Pertanian) dan di sebelah timur kantor. Pohonnya besar sekali
dibandingkan pohon-pohon lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar