Sabtu, 03 Agustus 2019

Lirik Lagu "Gubuk Tua)

Cipt. Mukodam (Alm)

Gubuk tua atap daun jati
Kududuk berdua sama istri
Pisang goreng secangkir kopi
Cukup sudah pagi ini

Di kota terdengar deru mobil
Di desa terdengar suara kambing
Di kota terlihat gedung mewah
Di desa terlihat padi menguning
Plak tiplak tiplak bembem 2x

Jumat, 15 Maret 2019

Mengejar Waktu


Tiap hari rasanya kejar-kejaran sama waktu. Bangun tidak boleh terlambat. Sekali terlambat semuanya akan kacau. Beginilah nasib keluarga yang suami istri bekerja dan tidak memiliki khadimat (ART). Tiap pagi harus mandikan 2 balita, menjemur pakaian, dan menyiapkan sarapan. Sebisa mungkin tiap pagi harus sarapan. Karena jika tidak semua bisa sakit. Masak? Hanya kadang-kadang, seringnya beli. Apa pun lauknya yang penting bisa buat ganjal perut. 

Alhamdulillah tak pernah telat. Selalu ontime sampai sekolah, bahkan tak jarang jadi guru yang pertama sampai sekolah. Si kakak yg baru berumur 3 tahun diantar ayah ke rumah mbahnya di desa tetangga. Si dede yang baru berumur 2 bulan ikut saya ke sekolah diantar oleh tukang ojek perempuan langganan kami. Alhamdulillah di sekolah ada karyawan yang khusus momong balita anak guru-guru.

Pulang sekolah, saya langsung beres-beres rumah jika si dede tidak rewel. Menyapu, mencuci piring, melipat pakaian, dan mencuci pakaian sudah menjadi rutinitas tiap sore. Alhamdulillah sejauh ini kami belum pernah melaundry pakaian. Mencuci dan menyetrika masih dikerjakan sendiri. Kenapa tidak pakai ART? Bukannya kami tidak mampu atau pelit tapi kami terbiasa mandiri dan tidak biasa menyuruh-nyuruh orang. Rasanya risih kalau menyuruh orang. Dan kami tidak biasa kalau ada orang asing di rumah kami. Biarlah rumah kami sedikit berantakan. Toh wajar juga kan kalau punya balita rumahnya berantakan. Karena kami memberi mereka kebebasan untuk bermain. Selagi berantakannya masih wajar saya rasa tidak apa-apa. 

Lelah? Iya lelah... tapi semua akan indah ketika anak-anak sudah memasuki usia sekolah. Mereka akan tumbuh dan besar bersama. Mereka akan belajar saling menyayangi, mengasihi, dan berempati. 

Ketika anak-anak sudah tidur barulah kami bisa berleha-leha mengobrol bertukar pikiran. Barulah kami tidur jika dirasa sudah ngantuk. Alhamdulillah tidur kami juga selalu cukup.

Alhamdulillah, rutinitas seperti ini sudah berjalan 3 minggu lamanya dan tak ada kendala yang berarti. Semoga Habits ini bisa terus berjalan dengan lancar.

Ucapan adalah Do'a

Lulus kuliah ketika ditanya orang "kapan nikah?"  Saya jawab saja "Secepatnya". Padahal saya tidak pacaran dan belum ada calonnya. Namun, beberapa bulan kemudian saya pun menikah.

Tiga tahun yang lalu saya pernah berharap dalam hati bahwa insya Allah 2 tahun lagi bisa daftar haji sama suami. Alhamdulillah 2 tahun kemudian terkabul.

Tahun lalu, ketika saya jenuh dengan banyaknya kerjaan, saya pun berkata kepada teman saya tahun depan saya mau cuti sajalah. Saat itu saya belum hamil. Dan benar saja, di awal tahun ini saya benar-benar cuti karena melahirkan.

Saat kelas 3 MTsN saya pernah berkata dalam hati kalau saya ingin jadi anak biasa saja. Benar saja, saat SMA saya benar-benar menjadi anak yang biasa saja. Padahal, dari SD hingga MTs saya selalu rangking 1, sering ikut lomba, dan dapat beasiswa. Saya pun sedikit menyesal. Kemudian, saya pun berusaha memperbaiki diri dan berhati-hati dalam berkata.

Terbukti bahwa ucapan adalah do'a. Jadi, ucapkanlah yang baik-baik. Insya Allah akan terkabul.

Sabtu, 23 Februari 2019

HARIAN EMAK

🌸Cuma emak-emak yang tau rasanya🌸

Niat mau subuhan di awal waktu, eh si dede ikut bangun minta mimi dan terus digendong. Subuhan pun akhirnya telat, gantian sama suami. Niat masak sarapan pun ga jadi. Suami pun sarapan sendiri beli di luar.

Si dede terus melek setelah dimandikan baru tidur. Si emak langsung sigap ambil handuk bersiap mau mandi. Eh... baru selangkah masuk kamar mandi, dengar tangisan dede. Mandi pun tertunda.

Dede kembali tidur dan akhirnya bisa mandi. Mandinya pun kilat ekspres, khawatir si dede bangun lagi. Bisa mandi dengan nikmat itu kalau weekend aja pas suami di rumah.

Habis mandi, perut keroncongan. Bikinlah telur ceplok yang masaknya superkilat. Bisa makan sampai selesai itu adalah anugerah. 👐

Kadang masak mie karena telur habis. Baru selesai dimasak, eh si dede bangun dan rewel. Jadilah mie itu dimakan ketika sudah dingin dan berubah jadi 2x lipat karena melar.

Mau masak untuk makan siang pun bershif-shif.
Shif 1 : kupas dan cuci bahan
Shif 2 : iris-iris
Shif 3 : memasak
Di sela-sela shif ada nyusuin, gendong, ganti popok, dan menidurkan dede.

Masak siang pun sekalian untuk makan malam. Eh... si ayah pulangnya malam dan sudah makan di luar.

Lagi sholat, eh si dede menangis keras. Sholat pun menjadi tidak khusyuk. Selesai sholat, langsung angkat si dede, berdo'a pun gagal.

Mau nyetrika, baru dapat sepotong dede udah bangun dan rewel. Jadilah setrikaan menggunung beranak-pinak. Akhirnya nyetrikanya mendadak kalau mau dipakai.

Ngelonin dede biar tidur lagi sehingga emak bisa kerja, eh malah nggak tidur-tidur. Kalau pun tidur, emaknya ikut ketiduran.

Malam hari, si emak sudah lelah, eh malah bergadang karena si dede melek dan rewel😭😭
***
Kondisi-kondisi seperti ini pasti sering dialami emak-emak ketika punya bayi. Kalau nggak kuat pasti stres. Sehingga perlu piknik. Tapi rumah akan terasa sepi tanpa kehadiran buah hati. Bahkan ketika kita berpisah dengan mereka, kita pun akan merindukannya.

Cuti saya tinggal sehari lagi. Insya Allah lusa sudah berangkat kerja. Alhamdulillah tempat saya bekerja ramah anak, ada TPAnya sehingga saya bisa membawa si kecil.
Semangat buat emak yang bekerja di luar dan di rumah juga.

Dipublikasikan pertama kali di Facebook saya
Amaranthi Andam
Sabtu, 23 Februari 2019

Rencana Allah Begitu Indah

Pernah nggak teman-teman menghubungkan antar satu peristiwa dengan peristiwa lain? Kalau saya sering sekali seperti itu.

Terkadang kita sudah berharap dan merencanakan sesuatu seindah mungkin, tapi yang terjadi adalah sebaliknya. Timbullah kekecewaan karenanya.

Terkadang kita sudah berdo'a dan berusaha tapi hasilnya tidak sesuai dengan harapan kita. 

Sebagai manusia, saya pernah seperti itu. Namun, begitu saya menghubungkan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dalam hidup saya, saya pun berpikir bahwa "Allah sudah merencanalan semua itu dengan baik dan akan indah pada waktunya".

Sebagai contoh, saat kuliah S1 saya tidak pernah mendapatkan beasiswa. Saya sudah sering mengajukan, saya aktif di organisasi, dan memiliki IPK yang bagus. Namun, justru setelah lulus S1 saya langsung mendapatkan Beasiswa Unggulan S2 sampai lulus dari  BPKLN Kemendiknas.

Contoh lain, 31 Agustus 2013, tesis saya sudah di ACC oleh kedua pembimbing saya dan diap diujikan. Kalau langsung diujikan, saya lulus S2 dalam waktu 1,5 tahun dan merupakan mahasiswa ke-2 yang lulusnya tercepat. Namun, Allah berkehendak lain. Kedua dosen pembimbing saya pada pergi keluar negeri begitu ACC tesis saya yang belum sempat diujikan. Saya pun menunggu 2 bulan lamanya untuk melaksanakan sidang tesis. Disaat penantian 2 bulan itulah ayah saya sakit keras. Dirawat di rumah sakit berkali-kali dan meninggal di bulan oktober 2013. Alhamdulillah Allah memberikan kesempatan kepada saya untuk merawat beliau dan berada di sisinya sampai akhir hayat. Seandainya begitu ACC saya langsung sidang tesis mungkin saya akan sibuk dengan revisi dan bisa merawat ayah saya. Saya pun akhirnya sidang tesis tanggal 13 Desember 2013. Tanggal yang cantik.

Contoh yang lain lagi. Kakak saya sudah menikah 5 tahun baru punya anak. Kakak saya Menikah di tahun 2011. Saat itu, suaminya masih sibuk bolak-balik ke Jakarta untuk kuliah dan masih berstatus pegawai honorer di tempat kerjanya. Tahun 2013 ayah saya meninggal, Alhamdulillah kakak saya sempat merawatnya. Padahal kakak tinggal di luar kota dan mertuanya juga sedang sakit. Di bukan yang sama mertuanya juga meninggal. Seandainya saat itu dia sudah punya anak mungkin akan kerepotan mengurus ayah dan mertua yang sakit. Apalagi ditinggal suami yang bolak-balik Jakarta. Anak pertamanya lahir 2016, saat itu suaminya baru diangkat jadi PNS dan juga sudah memiliki rumah sendiri. Sekarang anaknya malah sudah 2. 

Itu beberapa contoh yang terjadi dalam hidup saya. Masih banyak contoh-contoh yang lain. Jadi intinya kita harus mensyukuri apa yang terjadi saat ini. Allah sudah merencanakan hal baik dan indah untuk kita.