Senin, 07 Oktober 2013

Hari-Hari Terakhir



Sabtu, 28 September 2013
Sekitar pukul 18.30 WIB bapak masuk RSUD Ashari Pemalang. Perutnya kembung sudah 2 hari, makanan dan minuman yang masuk tak bisa keluar. Sehingga  2 hari ini pula bapak puasa. Hari ini hanya dr. Yanto yang memeriksa bapak, dokter umum yang bertugas jaga. Aku masih mengajar di Ganesha Operation Purwokerto. Malam itu rasanya ga karuan, ingin segera pulang ke Pemalang.
Bukan kali ini saja bapak masuk rumah sakit. Sebelumnya tanggal 28 Juni 2013 bapak masuk RSI Harapan Anda, Tegal untuk operasi ambaien. Kemudian tanggal 22-26 Juni 2013 bapak bolak-balik periksa kesehatan di RSUP Karyadi, Semarang. Kemudian sehari kemudian, tanggal 27 Juli 2013 bapak dirawat di RSUD Ashari, Pemalang. Sejak bulan September 2013 bapak juga sudah divonis dokter kalau terkena kanker anorektal stadium 3.

Minggu, 29 September 2013
Pukul 09.30 WIB aku sudah sampai di rumah. Ku sempatkan diri untuk beres-beres rumah terlebih dahulu bersama adikku sebelum kami ke rumah sakit pada pukul 12.15 WIB.
Setibanya di rumah sakit kulihat bapak terbaring lemah di tempat tidur Ruang Cenderawasih No. 3. Tak tega rasanya, air mataku pun mengalir tatkala ku memijat kakinya. Begitu juga dengan adikku. Kasihan dia, usianya masih cukup muda menyaksikan bapak yang sakit keras. Kembung di perut bapak juga semakin membesar, sesekali beliau mengerang kesakitan.
Sakit bapak tak ada perubahan sampai akhirnya aku pulang ke rumah pada pukul 18.30 WIB. Hanya ibu dan om ku saja yang menemani bapak. Hari ini juga bapak belum diperiksa oleh dokter spesialis penyakit dalam atau dokter bedah karena libur.

Senin, 30 September 2013
Pukul 07.30 WIB aku sudah kembali lagi ke rumah sakit. Niatku adalah bergantian jaga dengan ibuku agar beliau bisa istirahat. Namun, ibuku tetap tak bisa pulang, kondisi bapak semakin parah.
Sekitar pukul 11.00 WIB dr. Kun datang memeriksa  bapak, dokter spesialis bedah yang menangani penyakit bapak. Dengan detail dr. Kun menjelaskan penyakit bapak, meledak-ledak apa adanya. Bapak menderita kanker anorektal, penyakit itu telah menutup rektum sehingga menyumbat anus. Akibatnya makanan dan minuman yang masuk tak dapat keluar dan naik ke saluran pencernaannya, alhasil perutnya pun kembung. Satu-satunya usaha yang dapat dilakukan adalah operasi kolostomi, yaitu operasi pemotongan rektum dan penutupan dubur. Untuk pengeluaran feses akan dibuatkan lubang di perut sebelah kiri. Usus besar yang telah dipotong nantinya akan diarahkan ke lubang ini. selanjutnya feses yang keluar akan ditampung oleh kantong plastik dan itu akan berlangsung secara permanen sampai akhir hayat. Ini bukan pertama kalinya bapak mendengar operasi ini, sebelumnya bapak telah disarankan oleh dr. di RSUP Karyadi dan juga di RSUD Ashari saat bulan Juli lalu sehingga bapak tidak begitu kaget. Saat itu bapak menolak untuk operasi namun untuk kali ini dengan penjelasan dr. Kun yang begitu meyakinkan pasien, bapak pun siap dioperasi. Operasi akan dilakukan pada hari selasa di RS Prima Medika Pemalang karena ruang operasi di RSUD Ashari masih dalam perbaikan.
Guna mengatasi masalah kembung bapak sampai waktu operasi nanti, hidung bapakpun dipasang selang NGT melalui hidung, fungsinya adalah untuk mengurangi kembung di perut. Dengan perlahan angin dan cairan di perut akan keluar melalui selang tersebut dan kemudian ditampung dalam botol plastik. Selain selang NGT, penis bapakpun di pasang selang, fungsinya adalah untuk mengeluarkan urin. Pemasangan kedua selang ini dilakukan setelah rontgen dan USG. Kini ada 3 selang yang menempel di tubuh bapak: selang infus, NGT, dan urin.
Setelah pemasangan selang, bapakpun dipindahkan ke RS Prima Medika dengan menggunakan ambulance.
Pukul 13.30 WIB kami pun sampai di RS Prima Medika. Bapak masuk ruang Bangsal Seruni 1. Ruang VIP Anggrek dan Utama Dahlia telah penuh sehingga tak ada pilihan lain selain di ruang Seruni. Sampai dengan pukul 17.30 WIB keadaan bapak tak juga membaik namun aku harus pulang untuk menemani adikku di rumah.

Selasa, 1 Oktober 2013
Pukul 06.00 WIB aku sudah sampai di rumah sakit. Betapa kagetnya aku, ibu dan omku menangis. Bapak makin kritis, kini ada satu selang lagi yang menempel di hidungnya, selang oksigen. Bapak minta dibacakan Q.S. Yasin. Segera kukeluarkan Al-Qur’an yang sengaja kubawa pagi itu. Sebelum mengaji ku kirim pesan dulu ke saudara-saudara bapak yang lain untuk segera datang karena bapak ingin mendengar mereka mengaji. Setelah mengirim pesan, aku pun membacakan Yasin sambil bercucuran air mata. Ibu membimbing bapak membaca kalimat syahadat dan puji-pujian dan aku terus mengaji sampai selesai. Entah berapa kali aku mengulang bacaan surat Al-Qur’an 83 ayat itu. Pukul 09.00 WIB Mba Puput pun tiba dari Pekalongan, dia adalah kakakku, anak pertama dalam keluarga kami. Pukul 10.00 WIB Ragil pun datang dari sekolah, dijemput oleh om ku. Kondisi bapak makin tidak karuan, setiap yang datang pasti akan meneteskan air mata. Pukul 11.00 WIB tiba-tiba impus bapak berhenti, perawat pun datang untuk memeriksanya. 3 orang perawat mencoba membuat saluran impus baru, entah berapa kali mereka mencoba menyuntik di tangan kanan-kiri dan kaki kanan-kiri bapak sampai akhirnya berhasil membuat saluran impus di kaki kirinya. Pembuluh-pembuluh darah bapak sudah makin mengecil sehingga tak bisa dialiri impus. Bapak pun kemudian di bawa ke ruang ICU saat itu juga.
Di ruang ICU bapak pun dipasang monitor untuk mengetahui denyut jantung, tekanan darah, suhu tubuh, dan kadar O2. Data-data di layar monitor menunjukkan kalau bapak kekurangan cairan, perawat pun memasang impus baru yang disalurkan melalui kaki kanan bapak. sehingga kini ada 5 selang yang menempel : 2 selang impus, selang NGT, selang urin, dan selang nafas, ditambah lagi kabel-kabel detektor monitor.
Hanya 2 orang saja yang izinkan menunggu pasien langsung di ruang ICU. Selebihnya menunggu di lorong rumah sakit karena ruang ICU di RS Prima Medika ini belum dilengkapi dengan ruang penunggu pasien.
Pukul 19.30 WIB dr. Kun datang memeriksa bapak, melihat kondisi bapak dr. Kun pun memutuskan operasi yang semula dijadwalkan malam ini akan ditunda sampai kondisi umum bapak membaik. Jika operasi tetap dilaksanakan malam ini juga maka bisa berakibat fatal. Malam ini aku melihat bapak tertawa mendengar cerita dokter. Sejak awal dr. Kun memang selalu bisa membuat bapak tertawa setiap diperiksa. Dan aku suka itu.
Setelah diperiksa, aku pun membantu ibu membersihkan badan bapak dan menggantikan bajunya. Pukul 22.00 WIB keadaan bapak mulai membaik, bapak mulai tenang, tidak sekritis tadi siang. Aku dan Ragil pun pulang ke rumah. Ibu, kakak, Pak de, dan om ku yang menemani bapak di rumah sakit.

Rabu, 2 Oktober 2013
Pukul 07.30 WIB aku sudah sampai di rumah sakit, membawakan barang-barang yang diperlukan dan sarapan untuk ibu dan kakakku. Sejak semalam bapak sudah bisa buang air besar sehingga pagi ini bapak bisa tidur. Selama bapak sakit, Ketika bapak sadar aku selalu mengajaknya berkomunikasi, berusaha membangkitkan semangatnya, menanyakan hal-hal yang dia inginkan ketika sembuh nanti.  Waktu di rumah akulah yang paling sering mengobrol dengan bapak, beliau sangat senang jika aku pulang dari Purwokerto karena bisa menemaninya mengobrol. Kebiasaan bapak waktu sehat yang tak mau diam dan suka jalan-jalan membuat dirinya ingin bangkit dari tempat tidur rumah sakit itu. Kalau ia tak sadar dirinya dipenuhi selang dan kabel-kabel detektor beliau pasti sudah turun dari ranjang. Orang-orang sekelilingnya selalu berusaha merayu agar ia tetap berbaring.
Pukul 20.00 WIB keadaan Bapak belum juga membaik, dr. Kun pun berkata bahwa bapak tidak mungkin dioperasi, rencana operasi pun dibatalkan sehingga satu-satunya usaha adalah berdo’a. Setelah mendengar penjelasan dokter aku dan Ragil pun pulang.

Kamis, 3 Oktober 2013
Pukul 05.45 WIB, rasanya bagai disambar petir. Bapak pun menghembuskan nafas terakhirnya dengan tenang tanpa gerasahan di ruang ICU RS Prima Medika. Mba Puput yang menyaksikan nafas terakhir bapak. Aku dan Ragil pagi itu masih di rumah. Aku pun tak kuasa menahan air mata sambil memeluk adikku. Alhamdulillah kami masih diberi kesempatan menemani bapak dihari-hari terakhirnya, dari pagi sampai malam aku berada di sampingnya selama 5 hari di rumah sakit. Bapak juga tak pernah melewati sholat fardhunya selama sakit.
Selamat jalan bapak, semoga amal ibadahmu diterima di sisi Allah Swt, smeoga kau ditempatkan dalam surga-Nya. Terima kasih kepada dr. Kun yang selalu bisa membuat bapak tersenyum dan tertawa, para perawat di RSUD Ashari dan RS Prima Medika yang setia merawat bapak dengan sabar, karib kerabat yang telah membantu menjaga dan menunggu bapak selama di RS, dan segenap rekan-rekan bapak yang telah datang menjenguk dan berdo’a.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar