Rabu, 25 April 2012

Semua itu Tidak Salah


Banyak yang bilang aku salah masuk jurusan Ilmu Lingkungan.

 “Andam, kamu itu cocoknya jadi guru, kayanya kamu salah jurusan dech”, kata-kata yang sering kudengar dikelas.

 Tapi apakah itu benar??? Hmmm, ga salah tapi juga ga benar. Memang terkadang aku juga sempat mikir kaya gitu. Tapi Siapa bilang aku salah masuk, ingat! Pendidikan itu luas ga Cuma jurusan pendidikan.  Aku selalu ingat pesan Pak Tyas:

 “ Ketika kamu ambil S2 nanti jangan Cuma berpikir ngambil Magister Pendidikan, kamu boleh ngambil yang lain, tapi semuanya harus dipandang dari sudut pendidikan sehingga masih sinkron dengan S1 kamu yang pendidikan.” 

Nah perkataan itulah yang sekarang jadi pegangan aku. Meski aku sekarang ngambil Magister Ilmu Lingkungan dan bergaul dengan orang-orang lingkungan, aku selalu berusaha memandang lingkungan dari sudut pendidikan. Lulusan ilmu lingkungan juga ga harus jadi konsultan lingkungan untuk mendapatkan uang banyak, jadi pendidik pun bisa. Sebagai contoh, salah seorang guruku mendapat bayaran Rp 200.000/Jam ketika memberikan jam tambahan olimpiade. Contoh lain: salah seorang rekanku yang baru saja lulus S1 mendapat bayaran Rp 100.000/3 jam ngajar olimpiade. Ya meski penuh dengan perjuangan. Tapi ingat! Pendidik adalah pahlawan tanpa tanda jasa dan ilmunya terus mengalir di dunia dan akhirat.

Minggu, 08 April 2012

Bersepeda


7 April 2012
Pagi ini aku kembali bersepeda menghirup udara segar sembari keliling mengitari jalan-jalan di Purwokerto. Ini adalah ketiga kalinya aku bersepeda sejak menginjakkan kaki di kota SATRIA ini. Untung saja ada seorang teman baik hati yang mau meminjamkan sepedanya kepadaku. Maklumlah, belum ada budget buat beli kendaraan ramah lingkungan ini. Berkat bersepeda kini aku sudah tahu beberapa jalan dan tempat di Purwokerto, seperti Jl. Soeparno, GOR Satria, Jl. HR. Bunyamin, Jl. Jend. Sudirman, Jl. Kampus, Jl. Soeharso, Hotel Aston, Jl. Dr. Angka, dan Jl. Karangkobar. Belum banyak memang, tapi setidaknya aku sudah tahu beberapa.
Bersepeda itu selain sehat juga melatih kita hidup sederhana. Karena alasan itu, bapak membiasakan kami selaku anak-anaknya untuk bersepeda sejak kecil. Bahkan sepeda adalah kendaraan favorit bapak. Aku masih ingat saat kecil dulu aku selalu diantar bapak menuju sekolah TK dengan sepedanya. Bapak tak pernah lelah meski harus mengayuh sepeda sejauh 3 Km dengan jalan yang naik turun. Aku juga masih ingat benar saat bapak tetap mengantarku sekolah meski ban sepedanya sangat kempes dan harus melalui tanjakan yang sangat terjal. Aku tak pernah malu ketika teman-temanku yang lain telah diantar dengan sepeda motor mereka, aku justru bangga dengan kesahajaan bapakku. Bukan berarti bapak tak mampu untuk membeli sepeda motor, tapi karena beliau lebih memilih untuk menyisihkan sebagian pendapatan keluarga kami guna membiayai sekolah adik-adik ibu dan bapak di Jawa.
Bapaklah orang yang pertama kali memiliki sepeda di komplek tempat kami tinggal, ini pun menjadi ciri khasnya di kalangan warga komplek. Saat ku kecil, teman-temanku pun banyak yang ikut-ikutan membeli sepeda seperti keluarga kami. Aku pun senang karenanya sehingga akan semakin banyak teman untuk bersepeda.
Kebiasaan bersepeda terus berlangsung hingga kini. Setiap akhir pekan biasanya bapak akan mengajak anak-anaknya untuk bersepeda mengitari Pemalang, seperti ke pantai ataupun ke desa-desa. Bahkan bapak sendiri seringkali bersepeda ke luar kota seperti Pekalongan, Tegal, Brebes, dan sampai ke Jawa Barat.
Ayo teman-teman, jangan sungkan-sungkan mencoba ya!!!