Sabtu, 23 Februari 2019

HARIAN EMAK

🌸Cuma emak-emak yang tau rasanya🌸

Niat mau subuhan di awal waktu, eh si dede ikut bangun minta mimi dan terus digendong. Subuhan pun akhirnya telat, gantian sama suami. Niat masak sarapan pun ga jadi. Suami pun sarapan sendiri beli di luar.

Si dede terus melek setelah dimandikan baru tidur. Si emak langsung sigap ambil handuk bersiap mau mandi. Eh... baru selangkah masuk kamar mandi, dengar tangisan dede. Mandi pun tertunda.

Dede kembali tidur dan akhirnya bisa mandi. Mandinya pun kilat ekspres, khawatir si dede bangun lagi. Bisa mandi dengan nikmat itu kalau weekend aja pas suami di rumah.

Habis mandi, perut keroncongan. Bikinlah telur ceplok yang masaknya superkilat. Bisa makan sampai selesai itu adalah anugerah. 👐

Kadang masak mie karena telur habis. Baru selesai dimasak, eh si dede bangun dan rewel. Jadilah mie itu dimakan ketika sudah dingin dan berubah jadi 2x lipat karena melar.

Mau masak untuk makan siang pun bershif-shif.
Shif 1 : kupas dan cuci bahan
Shif 2 : iris-iris
Shif 3 : memasak
Di sela-sela shif ada nyusuin, gendong, ganti popok, dan menidurkan dede.

Masak siang pun sekalian untuk makan malam. Eh... si ayah pulangnya malam dan sudah makan di luar.

Lagi sholat, eh si dede menangis keras. Sholat pun menjadi tidak khusyuk. Selesai sholat, langsung angkat si dede, berdo'a pun gagal.

Mau nyetrika, baru dapat sepotong dede udah bangun dan rewel. Jadilah setrikaan menggunung beranak-pinak. Akhirnya nyetrikanya mendadak kalau mau dipakai.

Ngelonin dede biar tidur lagi sehingga emak bisa kerja, eh malah nggak tidur-tidur. Kalau pun tidur, emaknya ikut ketiduran.

Malam hari, si emak sudah lelah, eh malah bergadang karena si dede melek dan rewel😭😭
***
Kondisi-kondisi seperti ini pasti sering dialami emak-emak ketika punya bayi. Kalau nggak kuat pasti stres. Sehingga perlu piknik. Tapi rumah akan terasa sepi tanpa kehadiran buah hati. Bahkan ketika kita berpisah dengan mereka, kita pun akan merindukannya.

Cuti saya tinggal sehari lagi. Insya Allah lusa sudah berangkat kerja. Alhamdulillah tempat saya bekerja ramah anak, ada TPAnya sehingga saya bisa membawa si kecil.
Semangat buat emak yang bekerja di luar dan di rumah juga.

Dipublikasikan pertama kali di Facebook saya
Amaranthi Andam
Sabtu, 23 Februari 2019

Rencana Allah Begitu Indah

Pernah nggak teman-teman menghubungkan antar satu peristiwa dengan peristiwa lain? Kalau saya sering sekali seperti itu.

Terkadang kita sudah berharap dan merencanakan sesuatu seindah mungkin, tapi yang terjadi adalah sebaliknya. Timbullah kekecewaan karenanya.

Terkadang kita sudah berdo'a dan berusaha tapi hasilnya tidak sesuai dengan harapan kita. 

Sebagai manusia, saya pernah seperti itu. Namun, begitu saya menghubungkan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dalam hidup saya, saya pun berpikir bahwa "Allah sudah merencanalan semua itu dengan baik dan akan indah pada waktunya".

Sebagai contoh, saat kuliah S1 saya tidak pernah mendapatkan beasiswa. Saya sudah sering mengajukan, saya aktif di organisasi, dan memiliki IPK yang bagus. Namun, justru setelah lulus S1 saya langsung mendapatkan Beasiswa Unggulan S2 sampai lulus dari  BPKLN Kemendiknas.

Contoh lain, 31 Agustus 2013, tesis saya sudah di ACC oleh kedua pembimbing saya dan diap diujikan. Kalau langsung diujikan, saya lulus S2 dalam waktu 1,5 tahun dan merupakan mahasiswa ke-2 yang lulusnya tercepat. Namun, Allah berkehendak lain. Kedua dosen pembimbing saya pada pergi keluar negeri begitu ACC tesis saya yang belum sempat diujikan. Saya pun menunggu 2 bulan lamanya untuk melaksanakan sidang tesis. Disaat penantian 2 bulan itulah ayah saya sakit keras. Dirawat di rumah sakit berkali-kali dan meninggal di bulan oktober 2013. Alhamdulillah Allah memberikan kesempatan kepada saya untuk merawat beliau dan berada di sisinya sampai akhir hayat. Seandainya begitu ACC saya langsung sidang tesis mungkin saya akan sibuk dengan revisi dan bisa merawat ayah saya. Saya pun akhirnya sidang tesis tanggal 13 Desember 2013. Tanggal yang cantik.

Contoh yang lain lagi. Kakak saya sudah menikah 5 tahun baru punya anak. Kakak saya Menikah di tahun 2011. Saat itu, suaminya masih sibuk bolak-balik ke Jakarta untuk kuliah dan masih berstatus pegawai honorer di tempat kerjanya. Tahun 2013 ayah saya meninggal, Alhamdulillah kakak saya sempat merawatnya. Padahal kakak tinggal di luar kota dan mertuanya juga sedang sakit. Di bukan yang sama mertuanya juga meninggal. Seandainya saat itu dia sudah punya anak mungkin akan kerepotan mengurus ayah dan mertua yang sakit. Apalagi ditinggal suami yang bolak-balik Jakarta. Anak pertamanya lahir 2016, saat itu suaminya baru diangkat jadi PNS dan juga sudah memiliki rumah sendiri. Sekarang anaknya malah sudah 2. 

Itu beberapa contoh yang terjadi dalam hidup saya. Masih banyak contoh-contoh yang lain. Jadi intinya kita harus mensyukuri apa yang terjadi saat ini. Allah sudah merencanakan hal baik dan indah untuk kita.