Sabtu, 03 Januari 2015

Bertemu Saudara Seperantauan

Hari ini sungguh luar biasa, bertemu kembali dengan oarang-orang yang pernah kukenal di waktu kecilku. Hari ini aku menyempatkan diri berkunjung ke rumah Om Sahid di Boyolali dan Om Gajah di Salatiga. Keduanya dulu juga merupakan keluarga Komplek SMKN 1 Pegasing, Takengon, Aceh Tengah. Mereka sama-sama orang Jawa seperti keluargaku, namun kami kemudian pindah ke Jawa. Bapak dan Om Gajah pindah pada tahun 2000 ke SMKN 1 Bulakamba Brebes. Aku masih ingat sekali, saat itu kami pindah bersama. Kami menempuh perjalanan selama 4 hari 5 malam bersama di dalam bis yang membawa kami dari Aceh ke Jawa. Om Sahid sendiri pindah ke Jawa pada tahun 2006, sebelumnya beliau pindah dulu dari Takengon ke Sabang pada tahun 1996.
Senang sekali bisa bertemu dengan mereka lagi. Aku masih ingat, dulu keluargaku dan keluarga Om Sahid sudah seperti saudara. Aku sering main ke rumahnya, dan tak jarang sampai seharian lamanya. Sedikit sedih, saat pertama kali kubertemu di rumahnya hari ini, melihatnya terbaring sakit di tempat tidur. Namun, kesedihan itu hanya sesaat. Beliau tampak bahagia sekali menyambut kedatanganku beserta ibu, kakak, adik, dan kakak iparku dari Pemalang. Meski sakit, ia begitu semangat bercerita mengenang masa lalu kami saat masih di Aceh, daya ingat dan semangatnya masih tinggi meski beliau sekarang menderita stroke berat.
Bersama keluarga Om Sahid
dari kiri ke kanan: Aku, Ragil, Cece Hawa, Om Sahid, Ibu, Mba Puput, Mas Asror dan kedua putra Om Sahid Zimam dan Afwan (Andam, 2014)
Dari Boyolali, kami kemudian menuju rumah Om Gajah dan Bu Tutut di Salatiga untuk menghadiri pesta pernikahan anak pertama mereka yang bernama Agri. Aku dan Agri adalah teman masa kecil, kami bersekolah, mengaji, dan bermain bersama. Begitu banyak kenangan kami bersama. Lima belas tahun kami tidak bertemu dan akhirnya kami bisa bertemu lagi dalam acara pernikahannya. Bertemu teman lama itu rasanya... wah, aku sampai speechless ketika menyambangi Agri di Pelaminan, masih antara percaya dan tidak bisa bertemu dia lagi.
Saat di tempat Agri, kebetulan sekali aku juga bertemu keluarga Pak Inu dari Kendal, Mantan Kepala Sekolah SMKN 1 Bulakamba Brebes. Beliau juga sahabat bapak. Alhamdulillah meski bapak sudah tiada, aku masih menjalin silaturahmi dengan teman-teman beliau. 

Catatan Akhir Tahun 2014

Alhamdulillah berhasil melalui tahun 2014 dengan banyak hal terjadi di dalamnya. Meskipun cita-cita terbesar (menikah) belum tercapai, tapi setidaknya tahun 2014 masih lebih baik daripada tahun 2013.
Sudah beberapa hari berlalu namun tidak ada salahnya jika aku tetap menuliskan catatan akhir tahun yang menurutku lumayan penting agar bisa terus ku kenang.
Peristiwa penting dimulai ketika bulan Januari aku berhasil menyelesaikan segala hal yang terkait dengan tesisku dan mendaftarkan diriku pada tanggal 10 Januari untuk wisuda. Sehari setelahnya, tanggal 11 Januari 2014, teman dekatku menikah dan aku sangat bahagia karena bisa membantunya dengan menjadi penerima tamu yang cantik. Hehe... Setelah itu, waktuku lebih banyak kuhabiskan rumah membantu ibu mengurusi surat-surat almarhum Bapak.
Memasuki Bulan Maret, aku diwisuda pada 19. Beberapa hari kemudian aku pun cabut dari Kota Purwokerto yang telah memberiku banyak kenangan dan pelajaran.
Setelah wisuda, aku mulai menyebar beberapa lamaran kerja, namun sampai bulan Mei tak juga membuahkan hasil. Pada Bulan Mei itulah aku baru dipanggil untuk mengikuti tes dosen di sebuah perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Selama sebulan lebih aku sering bolak-bolik ke Kota Gudeg itu untuk mengikuti beberapa tahapan seleksi, namun hasilnya masih nihil. Setidaknya aku dapat pengalamannya dan bertemu dengan sahabat lamaku Fefri, yang menampungku setiap kali aku ke Yogya.
Jadi pengangguran memang tidak enak, niat mencari pekerjaan yang tadinya sekitar Jawa Tengah-DIY pun aku perluas sampai ke Jawa Barat. Yach, Bulan Agustus aku pun berangkat ke Kota Kembang Bandung, menumpang di rumah salah seorang mantan dosen ITB yang bernama Bu Kiki, aku mengenalnya melalui kerabat jauhku. Dosen itu hanya berusaha membantuku namun juga tidak menjamin aku bakal diterima. Ya tidak apa-apa pikirku, namanya juga ikhtiar, Allahlah yang menentukan. Lagi-lagi aku pun tidak diterima. Setelah seminggu di sana dan tanpa kabar dari 2 kampus tempatku melamar, aku pun balik ke Pekalongan. Sebuah kampus negeri di Pekalongan memanggilku untuk mengikuti seleksi dosen secara mendadak. Kembali hasil seleksi dosen di Pekalongan juga tanpa kabar.
Sebulan kemudian, yaitu Bulan September, aku kembali dapat panggilan untuk mengikuti seleksi dosen dan kali ini di Kota Kendal. Aku menginap di rumah Pak Inu, sahabat Almarhum Bapak. Hanya semalam aku menginap di sana karena setelah tes aku langsung pulang, meski begitu aku dan Bu Endang (istri Pak Inu) telah banyak mengobrol, termasuk tentang niatnya yang mau membatu mencarikan jodoh buatku. Kupikir memang tidak ada salahnya, toh aku sudah cukup umur, siapa yang sangka jodoh akan bertemu kapan dan di mana.
Sejak hari itu, melalui dunia maya, Bu Endang mengenalkanku pada tiga orang muridnya, namun tak satu pun dari mereka yang kupilih. Kemudian Bu Endang pun mengenalkanku pada seseorang yang insya Allah akan menjadi suamiku. Tidak usah kusebutkan di sini siapa namanya, aku akan menyebutkannya nanti dalam tulisanku yang lain.
Sampai Bulan Oktober aku masih terus menganggur, lalu kuputuskan untuk mengikuti seleksi CPNS dengan niat setengah hati karena sebenarnya aku belum ingin jadi PNS. Bagiku menikah terlebih dahulu baru jadi PNS. Padahal saat itu, laki-laki yang dekat denganku belum mengungkapkan keseriusannya, kami masih mengobrol biasa saja melalui dunia maya. Di Bulan Oktober pula Om Erul (adiknya ibu) menikah di rumahku, ya ibuku seperti orang tuanya. Entahlah, karena terlalu sibuk membantu si om mempersiapkan pernikahannya atau karena aku yang juga ingin sekali menikah, yang jelas aku jatuh sakit selama 2 minggu. Tepat pada hari-H suaraku malah menghilang.
Tanggal 2 November aku mengikuti ujian CPNS yang setengah hati itu. Ujian CPNS berlalu dan beberapa hari setelahnya, aku mendapat sms dari dosenku yang isinya memintaku untuk membantunya bekerja di Perusahaan Yasidha, sebuah perusahaan penerjemahan Inggris-Indonesia yang berskala internasional. Dengan senang hati akupun menerimanya. Dua hari kemudian aku pun berangkat ke Semarang, ke rumah Pak Tyas. Tanggal 7 November aku pun mulai bekerja di sini. Tugas utamaku adalah mengurus administrasi dan keuangan. Beruntung, aku tidak perlu ngekos. Tinggal, makan, dan minum di sini. Aku juga tidak perlu mengeluarkan uang untuk transpot, selama di sini aku tidak perlu memikirkan harga bensin yang naik-turun karena aku tidak kemana-mana. Gaji yang kuterima pun bisa kutabung.
Setelah 3 bulan berkomunikasi lewat dunia maya, aku akhirnya bertemu dengan laki-laki yang dikenalkan Bu Endang di akhir Bulan Desember 2014. Meski baru bertemu sekali, beberapa hari setelahnya kami pun memutuskan untuk segera menikah. Alhamdulillah, tahun 2014 ini berakhir dengan bahagia. Dan kami sama-sama berencana untuk melangsungkan pernikahan di Tahun 2015. Semoga terkabul. Aamiinn...