Minggu, 21 September 2014

Malas yang Ketulungan


Tiba-tiba saya ingat akan seseorang. Sebut saja dia Rina. Pertemuan kami dimulai ketika Masa Orientasi Sekolah SMA. Kami sekelas dan duduk bersama. Saya sering ke rumahnya dan dia juga sering ke rumah saya untuk mengerjakan tugas kelompok, jadilah kami semakin akrab. Anaknya pintar meski jarang belajar dan sering tidak masuk sekolah. Bagi sebagian besar orang hari senin adalah hari yang menggairahkan karena baru saja refreshing di hari minggunya, namun tidak bagi Rina, hari senin adalah hari yang paling menakutkan baginya, sampai-sampai ia sering tidak masuk sekolah di hari ini meskipun tidak sakit. Bukan saya menerka-nerka tapi Rina sendiri yang bilang kepada saya. Anaknya pendiam, berbeda jauh dengan kakaknya yang super cerewet. Kakaknya juga sekolah di tempat yang sama dengan kami.
Hari-hari kelas sepuluh berlalu dan kami pun naik kelas ke kelas XI. Kami sekarang duduk di kelas yang berbeda meskipun sama-sama IPA. Saya tidak terlalu mengikuti perkembangan Rina di kelas XI dan XII karena selain kami beda kelas, saya juga sibuk dengan kegiatan organisasi. Saat akhir kelas tiga saya pun mendengar Rina diterima di dua perguruan tinggi negeri ternama melalui jalur mandiri. Wow, pikir saya, Rina tidak hanya pintar tapi juga cerdas. Sementara banyak teman yang masih sibuk mencari tempat kuliah, dia sudah tinggal masuk saja.
Selepas SMA, kami pun kuliah di beda kota, kami juga mulai jarang berkomunikasi. Kabar yang cukup mencengangkan tiba-tiba terdengar beberapa waktu lalu saat saya berkunjung ke rumahnya. Bukan karena dia sakit atau apalagi meninggal, bukan… bukan itu. Wisuda, hari yang dinanti-nanti oleh para mahasiswa pada umumnya dia anggap sebagai hari yang biasa saja, not special. Jujur, saya baru pertama kali dengar kalau ada mahasiswa yang tidak hadir di hari wisudanya hanya karena malas, itulah Rina. Baju toga sudah dipinjam, tinggal hadir dan duduk manis saja di auditorium, namun ternyata kalah dengan rasa malasnya. Kamu ini memang unik. Kakakmu saja bilang, mungkin hanya sayalah temannya. Jangankan ingat nama-nama teman sekelas SMA dulu, kelasnya saja dia lupa. Haha…. Aduh Rina… Rina… Parah banget. Mengapa kamu bisa seperti ini, kamu yang malas mengingat atau bagaimana…..??? Jangan malas yang ketulungan donk…
Mungkin karena dia depresi atau punya masalah keluarga? Oh tidak, saya tahu keluarganya, keluarga besar yang harmonis.
Sekarang Rina bekerja sebagai tentor di salah satu bimbingan belajar, semoga saja kamu nggak malas ya kalau mengelesi murid-muridmu. Haha….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar