Jumat, 16 Agustus 2013

Lebaran Bapak



Lebaran telah berlalu sepekan lalu, namun kondisi bapak belum juga membaik. Masih teringat jelas saat bapak menangis di hari nan fitri itu dalam rangkulan teman sejawatnya. Tak kuasa aku menahan haru saat bapak meneteskan air matanya, mengadu tak bisa menunaikan puasa ramadhan satu hari pun. Tak terbayang betapa sedihnya bapak di hari itu, melihat orang yang lalu lalang menuju masjid untuk menunaikan sholat ied di masjid samping rumah kami, tak terlibat dalam penyelenggaraan sholat ied, tak bisa ke kuburan, dan tak bisa bersilaturahmi ke rumah tetangga dan karib kerabat. Ya... Bapak tak bisa kemana-mana.
Semuanya berubah 180 derajat. Tahun lalu bapak masih sehat bugar, bapak masih bisa berpuasa sebulan penuh, bapak masih bisa mengimami sholat tarawih, bapak masih bisa memberikan khutbah, bapak masih bisa memimpin do’a di pekuburan, bapak masih bisa menjambangi rumah satu persatu untuk bersilaturahmi, dan bapak masih bisa mengikuti acara halal bihalal di sana sini.
Malam ini, kutumpahkan air mataku, air mata yang telah kutahan dari hadapan orang-orang terkasihku karena ku tak ingin membuat mereka ikut bersedih. Aku yakin ini adalah cobaan dari Allah bagi keluarga kami. Harapan akan kesembuhan bapak masih ada, aku yakin itu. Semuanya bisa berubah jika Allah berkehendak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar