Minggu, 18 Agustus 2013

Kopi


Secangkir Kopi

Siapa yang tak pernah minum kopi, minuman enak yang berasal dari proses pengolahan dan ekstrak biji tanaman kopi. Kopi  merupakan salah satu minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat, termasuk aku yang mengenal kopi sejak kecil. Daerah Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah tempat ku kecil dulu merupakan salah satu daerah penghasil kopi di Indonesia, bahkan juga terkenal di dunia. Keadaan yang dingin di daerah ini membuatku sudah terbiasa minum kopi sejak kecil sebagai penghangat tubuh.
Pembibitan Kopi

Seperti keluarga pada umumnya di Gayo, keluargaku dulu juga mempunyai kebun kopi, meskipun tak begitu luas. Kami juga mempunyai pembibitan kopi yang akan menyediakan bibit-bibit kopi yang berasal dari biji kopi pilihan. Waktu ku kecil, bekerja di pembibitan kopi sudah menjadi rutinitas sehari-hari. Mengisi polibek merupakan kegiatan yang mengasyikkan. Aku dan kakak akan berlomba mengisi polibek sebanyak-banyaknya. Setiap polibek kecil akan dihargai Rp 50,- dan Rp 100,- untuk polibek besar. Tanah yang kami isi adalah campuran humus dan pupuk kandang. Tak begitu sulit memperoleh pupuk kandang karena bapakku memasoknya dari peternakan ayam kami. Tak hanya mengisi polibek, kerap kali kami juga menyirami bibit kopi yang jumlahnya ribuan. Pembibitan kopi kami dinaungi tanaman merambat buah jipang. Selain menaungi kopi, buah jipang ini juga bisa kami panen untuk dijual. Orang tuaku akan memberikan kami upah setelah kami menyelesaikan pekerjaan. Uang hasil keringatku ini pun kutabung di kantor pos. Orang-orang akan datang ke pembibitan kami untuk membeli bibit kopi, ada tiga jenis kopi yang disediakan, jenis kopi ateng, tim-tim, dan robusta. Harga setiap bibit pun bervariasi, tergantung jenis dan jumlah daunnya.
Pohon Kopi
Kebun kopi keluargaku memang tak seberapa luasnya, hanya di depan dan belakang rumah saja. Tapi setiap musim kopi, keluarga kami juga ikut panen. Kami akan memetik buah-buah kopi yang telah berwarna merah. Buah itu selanjutnya dikupas dengan mesin pengupas. Barulah dihasilkan biji yang berwarna putih. Biji itu selanjutnya dijemur beberapa hari sampai benar-benar kering. Biji yang telah kering selanjutnya di hilangkan kulit arinya baru kemudian di sangrai bersama rempah-rempah agar lebih enak. Biji yang telah disangrai kemudian digiling menjadi bubuk kopi yang siap diseduh. Keluargaku sudah biasa memproses kopi sendiri dari memetik di pohon sampai menjadi bubuk kopi.
Banyak cara orang Gayo dalam menikmati kopi, seperti duduk di warung kopi sambil menghisap rokok dan makan kue. Di Aceh, tersedia banyak warung kopi dan kita pun dapat mencicipi aneka rasa kopi.
Waktu ku pindah ke Jawa, aku sempat berhenti minum kopi sampai SMA. Namun, saat kuliah aku mulai minum kopi lagi. Jangan salah, aku ga maniak kopi. Aku minum kopi hanya pada saat-saat tertentu jika aku benar-benar menginginkannya. Kandungan kafein yang tinggi pada kopi membuat penikmatnya harus berhati-hati, jangan sampai ketagihan. Kerap kali aku juga nongkrong bersama teman-teman untuk menikmati kopi. Di kota-kota besar, seperti purwokerto (padahal ga begitu besar. Haha...) tersedia banyak cafe atau pun warung yang menyediakan berbagai aneka cita rasa kopi. Kamu tinggal memesannya sesuai selera. Sesekali juga boleh mencoba cita rasa yang baru. Selamat menikmati....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar