Kedatangan tukang paket siang ini mengagetkanku.
Tak biasanya ku menerima paket. Yach, siang itu aku menerima paket dari Pak
Wandi, Aceh Tengah. Paket itu ditujukan kepada Bapak. Pak Wandi adalah teman
Bapak di Aceh. Kedua putrinya dulu juga santri-santri Bapak di TPA Al-Furqan.
Bapak sangat senang sekali mendapat kiriman paket
dari Pak Wandi. Peci dengan motif karawang Gayo pun langsung di cobanya. Aku
terharu melihatnya, ternyata Bapak masih meninggalkan kharisma di sana. Sering
kali teman, murid, dan santri-santrinya di sana menelepon Bapak. Padahal sudah
12 tahun Bapak meninggalkan Aceh.
Dua bulan lalu, saat pernikahan kakakku, kami juga
kedatangan tamu dari Boyolali, keluarga Om Sahid. Mereka bahkan juga bermalam
di rumah kami. Pertemuan yang mengharukan setelah 15 tahun, karena beliau dulu
pindah 3 tahun sebelum keluarga kami pindah ke Jawa.
Kharisma Bapak sebagai seorang guru dan ustadz
masih terus ada sampai sekarang. Dua hari yang lalu muridnya juga ada yang
berkunjung kemari jauh-jauh dari Brebes, bahkan mereka pun sempat bermalam di
rumah kami. Tak hanya kali ini saja, rumah kami sering kali kedatangan tamu guru
dan murid-murid Bapak dari jauh, bahkan setelah mereka lulus pun terkadang juga
ke rumah kami. Bapak menjadi guru favorit bagi murid-muridnya dan teladan bagi teman-temannya, baik di Aceh
maupun di Jawa.
Aku ingin menjadi pendidik seperti beliau, yang selalu
dikenang oleh murid-muridnya dan menjadi teladan bagi teman sejawatnya.
Meski menjadi pendidik itu tidak mudah, karena mendidik adalah seni
bagaimana caranya untuk menularkan ilmu yang kita punya kepada orang lain. Ilmu
yang ditularkan pun akan terus mengalir karena akan ditularkan lagi dari satu
generasi ke generasi selanjutnya. Ya… berakhir tanpa ujung..........................