Secangkir Kopi |
Siapa yang tak pernah minum kopi, minuman enak yang berasal dari
proses pengolahan dan ekstrak biji tanaman kopi. Kopi merupakan salah satu minuman paling populer
di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat, termasuk aku yang
mengenal kopi sejak kecil. Daerah Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah tempat ku
kecil dulu merupakan salah satu daerah penghasil kopi di Indonesia, bahkan juga
terkenal di dunia. Keadaan yang dingin di daerah ini membuatku sudah terbiasa
minum kopi sejak kecil sebagai penghangat tubuh.
Pembibitan Kopi |
Seperti keluarga pada umumnya di Gayo, keluargaku dulu juga
mempunyai kebun kopi, meskipun tak begitu luas. Kami juga mempunyai pembibitan
kopi yang akan menyediakan bibit-bibit kopi yang berasal dari biji kopi
pilihan. Waktu ku kecil, bekerja di pembibitan kopi sudah menjadi rutinitas sehari-hari.
Mengisi polibek merupakan kegiatan yang mengasyikkan. Aku dan kakak akan
berlomba mengisi polibek sebanyak-banyaknya. Setiap polibek kecil akan dihargai
Rp 50,- dan Rp 100,- untuk polibek besar. Tanah yang kami isi adalah campuran
humus dan pupuk kandang. Tak begitu sulit memperoleh pupuk kandang karena
bapakku memasoknya dari peternakan ayam kami. Tak hanya mengisi polibek, kerap
kali kami juga menyirami bibit kopi yang jumlahnya ribuan. Pembibitan kopi kami
dinaungi tanaman merambat buah jipang. Selain menaungi kopi, buah jipang ini
juga bisa kami panen untuk dijual. Orang tuaku akan memberikan kami upah
setelah kami menyelesaikan pekerjaan. Uang hasil keringatku ini pun kutabung di
kantor pos. Orang-orang akan datang ke pembibitan kami untuk membeli bibit kopi,
ada tiga jenis kopi yang disediakan, jenis kopi ateng, tim-tim, dan robusta.
Harga setiap bibit pun bervariasi, tergantung jenis dan jumlah daunnya.
Pohon Kopi |
Kebun kopi keluargaku memang tak seberapa luasnya, hanya di depan
dan belakang rumah saja. Tapi setiap musim kopi, keluarga kami juga ikut panen.
Kami akan memetik buah-buah kopi yang telah berwarna merah. Buah itu selanjutnya
dikupas dengan mesin pengupas. Barulah dihasilkan biji yang berwarna putih.
Biji itu selanjutnya dijemur beberapa hari sampai benar-benar kering. Biji yang
telah kering selanjutnya di hilangkan kulit arinya baru kemudian di sangrai
bersama rempah-rempah agar lebih enak. Biji yang telah disangrai kemudian
digiling menjadi bubuk kopi yang siap diseduh. Keluargaku sudah biasa memproses
kopi sendiri dari memetik di pohon sampai menjadi bubuk kopi.
Banyak cara orang Gayo dalam menikmati kopi, seperti duduk di
warung kopi sambil menghisap rokok dan makan kue. Di Aceh, tersedia banyak warung
kopi dan kita pun dapat mencicipi aneka rasa kopi.
Waktu ku pindah ke Jawa, aku sempat berhenti minum kopi sampai
SMA. Namun, saat kuliah aku mulai minum kopi lagi. Jangan salah, aku ga maniak
kopi. Aku minum kopi hanya pada saat-saat tertentu jika aku benar-benar
menginginkannya. Kandungan kafein yang tinggi pada kopi membuat penikmatnya
harus berhati-hati, jangan sampai ketagihan. Kerap kali aku juga nongkrong
bersama teman-teman untuk menikmati kopi. Di kota-kota besar, seperti
purwokerto (padahal ga begitu besar. Haha...) tersedia banyak cafe atau pun warung
yang menyediakan berbagai aneka cita rasa kopi. Kamu tinggal memesannya sesuai
selera. Sesekali juga boleh mencoba cita rasa yang baru. Selamat menikmati....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar