Sabtu, 28 September 2013
Sekitar pukul 18.30 WIB bapak masuk RSUD Ashari Pemalang. Perutnya
kembung sudah 2 hari, makanan dan minuman yang masuk tak bisa keluar. Sehingga 2 hari ini pula bapak puasa. Hari ini hanya
dr. Yanto yang memeriksa bapak, dokter umum yang bertugas jaga. Aku masih
mengajar di Ganesha Operation Purwokerto. Malam itu rasanya ga karuan, ingin
segera pulang ke Pemalang.
Bukan kali ini saja bapak masuk rumah sakit. Sebelumnya tanggal 28
Juni 2013 bapak masuk RSI Harapan Anda, Tegal untuk operasi ambaien. Kemudian
tanggal 22-26 Juni 2013 bapak bolak-balik periksa kesehatan di RSUP Karyadi,
Semarang. Kemudian sehari kemudian, tanggal 27 Juli 2013 bapak dirawat di RSUD
Ashari, Pemalang. Sejak bulan September 2013 bapak juga sudah divonis dokter
kalau terkena kanker anorektal stadium 3.
Minggu, 29 September 2013
Pukul 09.30 WIB aku sudah sampai di rumah. Ku sempatkan diri untuk
beres-beres rumah terlebih dahulu bersama adikku sebelum kami ke rumah sakit
pada pukul 12.15 WIB.
Setibanya di rumah sakit kulihat bapak terbaring lemah di tempat
tidur Ruang Cenderawasih No. 3. Tak tega rasanya, air mataku pun mengalir
tatkala ku memijat kakinya. Begitu juga dengan adikku. Kasihan dia, usianya
masih cukup muda menyaksikan bapak yang sakit keras. Kembung di perut bapak
juga semakin membesar, sesekali beliau mengerang kesakitan.
Sakit bapak tak ada perubahan sampai akhirnya aku pulang ke rumah
pada pukul 18.30 WIB. Hanya ibu dan om ku saja yang menemani bapak. Hari ini
juga bapak belum diperiksa oleh dokter spesialis penyakit dalam atau dokter
bedah karena libur.
Senin, 30 September 2013
Pukul 07.30 WIB aku sudah kembali lagi ke rumah sakit. Niatku
adalah bergantian jaga dengan ibuku agar beliau bisa istirahat. Namun, ibuku
tetap tak bisa pulang, kondisi bapak semakin parah.
Sekitar pukul 11.00 WIB dr. Kun datang memeriksa bapak, dokter spesialis bedah yang menangani
penyakit bapak. Dengan detail dr. Kun menjelaskan penyakit bapak, meledak-ledak
apa adanya. Bapak menderita kanker anorektal, penyakit itu telah menutup rektum
sehingga menyumbat anus. Akibatnya makanan dan minuman yang masuk tak dapat
keluar dan naik ke saluran pencernaannya, alhasil perutnya pun kembung. Satu-satunya
usaha yang dapat dilakukan adalah operasi kolostomi, yaitu operasi pemotongan
rektum dan penutupan dubur. Untuk pengeluaran feses akan dibuatkan lubang di
perut sebelah kiri. Usus besar yang telah dipotong nantinya akan diarahkan ke
lubang ini. selanjutnya feses yang keluar akan ditampung oleh kantong plastik
dan itu akan berlangsung secara permanen sampai akhir hayat. Ini bukan pertama
kalinya bapak mendengar operasi ini, sebelumnya bapak telah disarankan oleh dr.
di RSUP Karyadi dan juga di RSUD Ashari saat bulan Juli lalu sehingga bapak
tidak begitu kaget. Saat itu bapak menolak untuk operasi namun untuk kali ini
dengan penjelasan dr. Kun yang begitu meyakinkan pasien, bapak pun siap
dioperasi. Operasi akan dilakukan pada hari selasa di RS Prima Medika Pemalang
karena ruang operasi di RSUD Ashari masih dalam perbaikan.
Guna mengatasi masalah kembung bapak sampai waktu operasi nanti,
hidung bapakpun dipasang selang NGT melalui hidung, fungsinya adalah untuk
mengurangi kembung di perut. Dengan perlahan angin dan cairan di perut akan
keluar melalui selang tersebut dan kemudian ditampung dalam botol plastik.
Selain selang NGT, penis bapakpun di pasang selang, fungsinya adalah untuk
mengeluarkan urin. Pemasangan kedua selang ini dilakukan setelah rontgen dan
USG. Kini ada 3 selang yang menempel di tubuh bapak: selang infus, NGT, dan
urin.
Setelah pemasangan selang, bapakpun dipindahkan ke RS Prima Medika
dengan menggunakan ambulance.
Pukul 13.30 WIB kami pun sampai di RS Prima Medika. Bapak masuk
ruang Bangsal Seruni 1. Ruang VIP Anggrek dan Utama Dahlia telah penuh sehingga
tak ada pilihan lain selain di ruang Seruni. Sampai dengan pukul 17.30 WIB
keadaan bapak tak juga membaik namun aku harus pulang untuk menemani adikku di
rumah.
Selasa, 1 Oktober 2013
Pukul 06.00 WIB aku sudah sampai di rumah sakit. Betapa kagetnya
aku, ibu dan omku menangis. Bapak makin kritis, kini ada satu selang lagi yang
menempel di hidungnya, selang oksigen. Bapak minta dibacakan Q.S. Yasin. Segera
kukeluarkan Al-Qur’an yang sengaja kubawa pagi itu. Sebelum mengaji ku kirim
pesan dulu ke saudara-saudara bapak yang lain untuk segera datang karena bapak
ingin mendengar mereka mengaji. Setelah mengirim pesan, aku pun membacakan
Yasin sambil bercucuran air mata. Ibu membimbing bapak membaca kalimat syahadat
dan puji-pujian dan aku terus mengaji sampai selesai. Entah berapa kali aku
mengulang bacaan surat Al-Qur’an 83 ayat itu. Pukul 09.00 WIB Mba Puput pun
tiba dari Pekalongan, dia adalah kakakku, anak pertama dalam keluarga kami. Pukul
10.00 WIB Ragil pun datang dari sekolah, dijemput oleh om ku. Kondisi bapak
makin tidak karuan, setiap yang datang pasti akan meneteskan air mata. Pukul
11.00 WIB tiba-tiba impus bapak berhenti, perawat pun datang untuk
memeriksanya. 3 orang perawat mencoba membuat saluran impus baru, entah berapa
kali mereka mencoba menyuntik di tangan kanan-kiri dan kaki kanan-kiri bapak
sampai akhirnya berhasil membuat saluran impus di kaki kirinya.
Pembuluh-pembuluh darah bapak sudah makin mengecil sehingga tak bisa dialiri
impus. Bapak pun kemudian di bawa ke ruang ICU saat itu juga.
Di ruang ICU bapak pun dipasang monitor untuk mengetahui denyut
jantung, tekanan darah, suhu tubuh, dan kadar O2. Data-data di layar monitor
menunjukkan kalau bapak kekurangan cairan, perawat pun memasang impus baru yang
disalurkan melalui kaki kanan bapak. sehingga kini ada 5 selang yang menempel :
2 selang impus, selang NGT, selang urin, dan selang nafas, ditambah lagi
kabel-kabel detektor monitor.
Hanya 2 orang saja yang izinkan menunggu pasien langsung di ruang
ICU. Selebihnya menunggu di lorong rumah sakit karena ruang ICU di RS Prima
Medika ini belum dilengkapi dengan ruang penunggu pasien.
Pukul 19.30 WIB dr. Kun datang memeriksa bapak, melihat kondisi
bapak dr. Kun pun memutuskan operasi yang semula dijadwalkan malam ini akan
ditunda sampai kondisi umum bapak membaik. Jika operasi tetap dilaksanakan
malam ini juga maka bisa berakibat fatal. Malam ini aku melihat bapak tertawa
mendengar cerita dokter. Sejak awal dr. Kun memang selalu bisa membuat bapak
tertawa setiap diperiksa. Dan aku suka itu.
Setelah diperiksa, aku pun membantu ibu membersihkan badan bapak
dan menggantikan bajunya. Pukul 22.00 WIB keadaan bapak mulai membaik, bapak
mulai tenang, tidak sekritis tadi siang. Aku dan Ragil pun pulang ke rumah.
Ibu, kakak, Pak de, dan om ku yang menemani bapak di rumah sakit.
Rabu, 2 Oktober 2013
Pukul 07.30 WIB aku sudah sampai di rumah sakit, membawakan
barang-barang yang diperlukan dan sarapan untuk ibu dan kakakku. Sejak semalam
bapak sudah bisa buang air besar sehingga pagi ini bapak bisa tidur. Selama
bapak sakit, Ketika bapak sadar aku selalu mengajaknya berkomunikasi, berusaha
membangkitkan semangatnya, menanyakan hal-hal yang dia inginkan ketika sembuh
nanti. Waktu di rumah akulah yang paling
sering mengobrol dengan bapak, beliau sangat senang jika aku pulang dari
Purwokerto karena bisa menemaninya mengobrol. Kebiasaan bapak waktu sehat yang
tak mau diam dan suka jalan-jalan membuat dirinya ingin bangkit dari tempat
tidur rumah sakit itu. Kalau ia tak sadar dirinya dipenuhi selang dan
kabel-kabel detektor beliau pasti sudah turun dari ranjang. Orang-orang
sekelilingnya selalu berusaha merayu agar ia tetap berbaring.
Pukul 20.00 WIB keadaan Bapak belum juga membaik, dr. Kun pun
berkata bahwa bapak tidak mungkin dioperasi, rencana operasi pun dibatalkan
sehingga satu-satunya usaha adalah berdo’a. Setelah mendengar penjelasan dokter
aku dan Ragil pun pulang.
Kamis, 3 Oktober 2013
Pukul 05.45 WIB, rasanya bagai disambar petir. Bapak pun
menghembuskan nafas terakhirnya dengan tenang tanpa gerasahan di ruang ICU RS
Prima Medika. Mba Puput yang menyaksikan nafas terakhir bapak. Aku dan Ragil
pagi itu masih di rumah. Aku pun tak kuasa menahan air mata sambil memeluk
adikku. Alhamdulillah kami masih diberi kesempatan menemani bapak dihari-hari
terakhirnya, dari pagi sampai malam aku berada di sampingnya selama 5 hari di
rumah sakit. Bapak juga tak pernah melewati sholat fardhunya selama sakit.
Selamat jalan bapak, semoga amal ibadahmu diterima di sisi Allah
Swt, smeoga kau ditempatkan dalam surga-Nya. Terima kasih kepada dr. Kun yang
selalu bisa membuat bapak tersenyum dan tertawa, para perawat di RSUD Ashari
dan RS Prima Medika yang setia merawat bapak dengan sabar, karib kerabat yang
telah membantu menjaga dan menunggu bapak selama di RS, dan segenap rekan-rekan
bapak yang telah datang menjenguk dan berdo’a.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar