Tiba-tiba saya ingat akan seseorang. Sebut saja dia Rina.
Pertemuan kami dimulai ketika Masa Orientasi Sekolah SMA. Kami sekelas dan
duduk bersama. Saya sering ke rumahnya dan dia juga sering ke rumah saya untuk
mengerjakan tugas kelompok, jadilah kami semakin akrab. Anaknya pintar meski
jarang belajar dan sering tidak masuk sekolah. Bagi sebagian besar orang hari
senin adalah hari yang menggairahkan karena baru saja refreshing di hari minggunya, namun tidak bagi Rina, hari senin
adalah hari yang paling menakutkan baginya, sampai-sampai ia sering tidak masuk
sekolah di hari ini meskipun tidak sakit. Bukan saya menerka-nerka tapi Rina
sendiri yang bilang kepada saya. Anaknya pendiam, berbeda jauh dengan kakaknya
yang super cerewet. Kakaknya juga sekolah di tempat yang sama dengan kami.
Hari-hari kelas sepuluh berlalu dan kami pun naik kelas ke kelas
XI. Kami sekarang duduk di kelas yang berbeda meskipun sama-sama IPA. Saya
tidak terlalu mengikuti perkembangan Rina di kelas XI dan XII karena selain
kami beda kelas, saya juga sibuk dengan kegiatan organisasi. Saat akhir kelas
tiga saya pun mendengar Rina diterima di dua perguruan tinggi negeri ternama
melalui jalur mandiri. Wow, pikir saya, Rina tidak hanya pintar tapi juga
cerdas. Sementara banyak teman yang masih sibuk mencari tempat kuliah, dia
sudah tinggal masuk saja.
Selepas SMA, kami pun kuliah di beda kota, kami juga mulai jarang
berkomunikasi. Kabar yang cukup mencengangkan tiba-tiba terdengar beberapa waktu
lalu saat saya berkunjung ke rumahnya. Bukan karena dia sakit atau apalagi
meninggal, bukan… bukan itu. Wisuda, hari yang dinanti-nanti oleh para
mahasiswa pada umumnya dia anggap sebagai hari yang biasa saja, not special. Jujur, saya baru pertama
kali dengar kalau ada mahasiswa yang tidak hadir di hari wisudanya hanya karena
malas, itulah Rina. Baju toga sudah dipinjam, tinggal hadir dan duduk manis
saja di auditorium, namun ternyata kalah dengan rasa malasnya. Kamu ini memang
unik. Kakakmu saja bilang, mungkin hanya sayalah temannya. Jangankan ingat nama-nama
teman sekelas SMA dulu, kelasnya saja dia lupa. Haha…. Aduh Rina… Rina… Parah
banget. Mengapa kamu bisa seperti ini, kamu yang malas mengingat atau
bagaimana…..??? Jangan malas yang ketulungan donk…
Mungkin karena dia depresi atau punya masalah keluarga? Oh tidak,
saya tahu keluarganya, keluarga besar yang harmonis.
Sekarang Rina bekerja sebagai tentor di salah satu bimbingan
belajar, semoga saja kamu nggak malas ya kalau mengelesi murid-muridmu. Haha….