Senin, 06 April 2015

Meet My Husband

“Jodoh akan datang tepat pada waktunya” atau “jodoh tiada yang sangka” sepertinya kedua kalimat ini memang tepat dan aku benar-benar membuktikannya.
Ya aku baru saja menikah dengan seorang pria yang sebelumnya tak pernah kukenal dan kutemui. Kalau ada orang yang bertanya berapa kali kalian bertemu sebelum menikah? Aku bahkan masih bisa menjawabnya, cukup dengan salam dua jari. Pertama, saat ia datang menemuiku untuk membuktikan keseriusannya. Kedua, saat ia datang ke rumahku bersama kedua orang tuanya. Pertemuan kedua ini bahkan kami tak saling berbicara sepatah katapun. Kalian pacaran? tidak jawabku. Lantas taarufan? Entahlah, aku sendiri tak dapat mendefinisikannya.
Aku mengenalnya pada bulan September 2014, tepat setahun setelah aku patah hati karena seorang pria yang ternyata PHP. Aku dan dia awalnya berkenalan di dunia maya. Pak Inu dan istrinya Bu Endang, sahabat ayahku yang mengenalkan kami lewat sosmed. Ia lelaki ke empat yang dikenalkan kepadaku. Aku merasa kurang sreg  dengan tiga lelaki sebelumnya dan aku langsung mengatakannya kepada Bu Endang, tanpa perlu basa-basi, aku juga tidak ingin menjadi seorang PHP. Saat Bu Endang mengenalkanku dengan pria keempat, entah kenapa aku merasa cocok. Kami pun mulai mengobrol di dunia maya, setiap obrolan rasanya nyambung saja. Setelah dua bulan lamanya kami ngobrol di dunia maya tanpa adanya progress, aku pun mulai bertanya-tanya dalam hati. “Ini orang maunya apa sih? Cuma iseng aja atau emang benar-benar serius?” beberapa minggu aku sempat menghindar dengan tidak memulai percakapan terlebih dahulu, dan saat itu dialah yang selalu mulai. Kemudian aku pun memberanikan diri untuk bertanya tentang keseriusannya pada akhir bulan November itu. Ya nggak usah nunggu ditembaklah, pria kadang perlu dipancing. Benar saja, saat kubertanya perihal keseriusannya, saat itu pula ia menjawab dengan tegas tentang keseriusannya sejak awal berkenalan. Aku pun memintanya untuk segera menemuiku sebelum tahun 2014 berakhir. Bagiku, waktu sebulan untuk memberinya kesempatan itu sudah cukup. Kalau dia tidak memenuhinya, aku akan mencari yang lain di tahun 2015. Umurku setiap hari selalu bertambah dan aku tidak ingin menyia-nyiakannya, apalagi umurku sudah sangat matang untuk membina rumah tangga.
Minggu, 28 Desember 2014 kami pun bertemu untuk yang pertama kalinya. Kami melewati hari itu beberapa jam bersama, ke toko buku dan makan siang.  Setelah itu kami pun pulang ke rumah kami masing-masing. Tak ada acara antar-antaran seperti tadi kami datang  juga sendiri-sendiri. Yang aku khawatirkan adalah setelah pertemuan itu ia akan merubah niatnya dan kami tidak akan bertemu lagi, tetapi ternyata kekhawatiranku tidak terjadi.

Dua malam kemudian ia pun menyatakan kembali tentang keseriusannya dan bersedia datang ke rumahku bersama kedua orang tuanya untuk menemui keluargaku. Sungguh membuatku terharu, ia memang benar-benar serius dan bertanggung jawab. Sebulan kemudian, tepatnya tanggal 1 February 2015, ia pun datang ke rumahku. Gayung pun bersambut, hari itu juga keluargaku dan keluarganya menentukan tanggal pernikahan kami. 5 April 2015, kami pun menikah. Alhamdulillah, Allah memang benar-benar mengabulkan do’aku bahwa tahun ini aku ingin menikah.