Senin, 19 Agustus 2013

Hidup Bisa Saja Berubah



Hidup itu bisa saja berubah, takdir Allah siapa yang tahu. Aku yang dulu tak suka menulis sekarang malah rajin menulis. Aku yang dulu suka nyanyi, sekarang malah tidak terlalu suka dengerin musik, aku yang waktu SD dan MTs jago matematika, eh waktu SMA lemah banget di matematika, aku yang waktu SMA pernah dimarahin guru Biologi 2 kali sampai pernah dikeluarin dari kelas eh malah kuliah di Jurusan Biologi. Aku yang kuliah sering pake rok adalah mantan pesilat dan atlet tenis meja waktu MTs. Haduh... haduh... kalau dipikir-pikir aneh juga ya, tapi itulah hidup, itulah realitanya.
Kalau dipikir-pikir mungkin sebenarnya aku ini multitalenta juga ya, meski ga pernah total alias kemampuanku standar-standar aja. Kalau dirunut dari TK ya, aku itu dulu ketua genk, satu kelompokku cowok semua. Main juga sama anak cowok. Dilanjut SD, bukan ketua kelas tapi suka merajai kelas. Banyak guru yang lebih percaya sama aku dibanding ketua kelasnya. Selalu dapat rangking 1 di kelas. Kalau hafal-hafalan selalu the best, sering dapat hadiah jewerin teman-teman sekelas. Bahkan aku bisa pelajaran kakakku yang usianya 2 tahun lebih tua dariku. Waktu kelas 4 pernah terpilih jadi juru bicara lomba cerdas cermat, padahal itu lomba buat anak kelas 5. Sering juga berantem sama anak cowok, bahkan pernah sama kakak kelas. Di tempat ngaji juga ga jauh beda. Aku sering memenangkan lomba yang aku ikuti di pengajian, bahkan pernah sampai ke tingkat Provinsi. Dalam ujian kelulusan pengajian IQRA aku meraih nilai tertinggi di TPA ku, padahal waktu itu aku santri yang paling muda. Aku pun ikut wisuda angkatan pertama. Setelah wisuda TPA aku pun masuk kelas yang lebih tinggi, kelas TQA (Ta’limul Qur’an Lil Aulad). Di kelas ini aku juga menjadi santri yang terbaik.  
Kelas 5 SD aku pindah dari Aceh ke Jawa. Di SD ku yang baru, aku pun jadi juara kelas kembali. Dalam lomba cerdas cermat, aku pun jadi juru bicara lagi. Aku juga terpilih menjadi salah satu peserta kemah pramuka tingkat Kecamatan Pemalang. Dalam kemah ini aku pun ikut lomba gambar. Gambarku menjadi yang terbaik di antara para peserta, aku pun mendapat nilai yang tertinggi.
Lulus SD aku masuk MTsN. Semester 1 di kelas 1 aku cuma berhasil meraih juara umum yang ke-2. Namun, semester-semester berikutnya aku selalu menjadi juara umum yang pertama dan sampai aku lulus menjadi the best student. Aku juga sering ikut lomba, seperti lomba siswa teladan, lomba IPA, lomba IPS, lomba debat, dan lomba PKS. Aku juga pintar pidato. Untuk melatih mentalku, aku sering tampil pidato di depan kelas lain, aku juga sering pidato dalam acara sekolah, tak jarang aku membuat teksnya sendiri. Aku hampir menguasai berbagai pelajaran. Pernah dalam sekali waktu ada 4 macam bidang lomba, lomba IPA, Matematika, Pidato Bahasa Inggris, dan Pidato Bahasa Arab. Aku pun ikut seleksi semua lomba itu sesuai dengan saran guruku untuk menentukan siapa yang akan mewakili masing-masing bidang. Dari 4 bidang itu, aku pun unggul di tiga bidang: matematika, IPA, dan Bahasa Inggris. Akhirnya aku memilih bidang IPA. Aku pun mewakili sekolahku sampai ke tingkat provinsi, namun aku cuma berhasil di urutan ke-17. Hahaha......  Tidak lama berselang, aku pun kemudian ikut lomba mata pelajaran rumpun IPS tingkat kabupaten dan berhasil menjadi harapan 1, lumayan lah..... Ga Cuma sains dan sosial aja, aku pun pernah mewakili sekolahku mengikuti PORSENI (Pekan Olah Raga dan Seni) tingkat Provinsi Jawa Tengah di Salatiga, aku pun mewakili bidang tenis meja, tapi cuma jadi cadangan aja. wkwkwk... Aku juga pernah ikut lomba debat Bahasa Indonesia dan berhasil meraih juara 3 Kab., trus lomba PKS dapat juara 3 Kab. Di sekolah aku juga ikut silat, OSIS, PRAMUKA, dan paduan suara, ga Cuma nampang nama doang tapi jadi pengurus yang aktif. Eits.... waktu kelas 2 aku jadi ketua kelas, jadi sekretaris OSIS, trus pernah juga tuh jadi pemimpin upacara dalam rangka hari Kartini, dengan baju kebaya aku memimpin upacara di tengah lapangan hijau, kerenkan??? Yang namanya jadi MC atau pembaca Undang-Undang itu aku sudah biasa, UUD 45 aja waktu itu sampai hafal di luar kepala. Kalau sekarang emang benar-benar di luar kepala, alias udah lupa. Saat acara kelulusan aku pun tampil membawakan pidato mewakili siswa dan juga nyanyi Haushiang-Haushiang (lagu Mandarin red). Capek juga ya, jadi anak yang bisa apa aja, ikut lomba terus, aktif sana-sini, jadi anak biasa asik kali ya??? (kalimat yang pernah kuucapkan waktu MTs)
Lulus MTsN aku masuk SMA. Sebagai anak berprestasi, masuk SMA favorit itu sesuatu yang tidak sulit bagiku. Bermodal nilai UN yang lumayan tinggi dan piagam lomba aku pun bisa masuk SMAN 1 Pemalang. Nah mau tau kisahku di SMA? Tunggu tulisan selanjutnya ya... udah capek nih ngetiknya. Hahaha......
Masuk SMAN 1 Pemalang adalah suatu kebanggaan tersendiri bagi keluarga, secara di desaku yang masuk sekolah ini setiap tahunnya bisa dihitung dengan jari, bahkan mungkin ga perlu dihitung, karena ga ada yang masuk alias nol. Tak banyak ceritaku di sini. Di SMA ini aku benar-benar jadi siswa biasa (kemakan omongan sendiri), ga pernah ikut lomba, ga pernah juara kelas, bahkan mungkin ga di kenal guru. Padahal dulu waktu MTs hampir semua siswa dan guru mengenalku. Di SMA aku Cuma aktif di ekskul PRAMUKA dan Rohis. Pernah sekali ikut lomba, yaitu lomba karya tulis ilmiah tapi kalah karena kurangnya persiapan. Waktu kelas 1 aku pernah dimarahin guru Biologi gara-gara ga melakukan praktkum di rumah, alhasil aku dan kelompokku harus belajar di perpus alias dikeluarkan dari kelas. Waktu kelas 3 juga pernah dimarahin guru Biologi gara-gara asik ngobrol dengan teman sebangkuku. Makannya aku sekarang jadi rajin dengerin dosen. Haha.... ketika kelulusan, aku pun lulus dengan nilai yang ngepas banget, mungkin nilai terendah di sekolahku. Tapi ga papa, toh aku tetap bisa masuk Perguruan Tinggi Negeri.
Masuk UNNES sebenarnya bukan impianku. Impianku sejak kecil adalah masuk IPB. Namun apa daya, aku tidak lulus PMDK IPB, ikut tes di UNNES 2x dan lulus program studi yang sama: Pendidikan Biologi. Takdir... takdir... tak ada yang bisa menolak. Masuk kampus ini aku pun mulai memperbaiki kesalahanku waktu SMA yang benar-benar jadi siswa biasa. Aku harus jadi luar biasa, bangkit seperti waktu MTs. IPK standar aja, aku aktif organisasi keilmiahan seperti JSC (Jasmina Study Center) tingkat Jurusan Biologi dan berhasil jadi ketua umum periode Tahun 2010. Kemudian juga ikut organisasi SSC (Student Scientific Center) tingkat FMIPA dan jadi staf divisi English. Aku juga pernah jadi asisten lab untuk mata kuliah Biologi Umum. Kemudian skripsiku yang membuat bangga dosen-dosenku, mereka mengatakan skripsiku itu layak sebagai tesis. ya, aku mengembangkan suatu produk baru dalam bidang pendidikan: Buku Praktikum Berbahasa Inggris untuk SMA. Waktu kuliah aku sering mengajukan beasiswa beberapa kali namun tak pernah dapat. Pernah menggurutu juga melihat teman-teman yang dapat yang kemampuan ekonominya lebih tinggi, tapi terus berpikiran positif aja kalau mungkin rezekiku lewat jalan yang lain. Alhamdulillah aku mendapat biaya penelitian untuk skripsiku. Aku beruntung menjadi salah satu dari 6 mahasiswa Biologi yang mendapat hibah penelitian.
Alhamdulillah, jerih payahku berbuah juga. Aku mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan S2 di Jurusan Ilmu Lingkungan UNSOED. Hanya selang beberapa hari dengan waktu aku wisuda S1 tanggal 19 Oktober 2011, yaitu 24 Oktober aku resmi diterima sebagai mahasiswa S2. Subhanallah.... Allah memang maha adil, Allah memberikan lebih dari yang kuharapkan. Beasiswa yang tak pernah ku peroleh waktu S1 justru kuperoleh lebih saat S2.
Kini aku tengah duduk di akhir semester 3 Mahasiswa S2 Ilmu Lingkungan UNSOED berkat Beasiswa Unggulan dari Kemendiknas, tengah menyusun tesis. Tanggal 18 Agustus 2011 aku ujian skripsi, maka bulan Agustus tahun 2013 ini aku berharap semoga bisa ujian tesis. Terus Semangat meski sedang puasa......!!!

Minggu, 18 Agustus 2013

Kopi


Secangkir Kopi

Siapa yang tak pernah minum kopi, minuman enak yang berasal dari proses pengolahan dan ekstrak biji tanaman kopi. Kopi  merupakan salah satu minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat, termasuk aku yang mengenal kopi sejak kecil. Daerah Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah tempat ku kecil dulu merupakan salah satu daerah penghasil kopi di Indonesia, bahkan juga terkenal di dunia. Keadaan yang dingin di daerah ini membuatku sudah terbiasa minum kopi sejak kecil sebagai penghangat tubuh.
Pembibitan Kopi

Seperti keluarga pada umumnya di Gayo, keluargaku dulu juga mempunyai kebun kopi, meskipun tak begitu luas. Kami juga mempunyai pembibitan kopi yang akan menyediakan bibit-bibit kopi yang berasal dari biji kopi pilihan. Waktu ku kecil, bekerja di pembibitan kopi sudah menjadi rutinitas sehari-hari. Mengisi polibek merupakan kegiatan yang mengasyikkan. Aku dan kakak akan berlomba mengisi polibek sebanyak-banyaknya. Setiap polibek kecil akan dihargai Rp 50,- dan Rp 100,- untuk polibek besar. Tanah yang kami isi adalah campuran humus dan pupuk kandang. Tak begitu sulit memperoleh pupuk kandang karena bapakku memasoknya dari peternakan ayam kami. Tak hanya mengisi polibek, kerap kali kami juga menyirami bibit kopi yang jumlahnya ribuan. Pembibitan kopi kami dinaungi tanaman merambat buah jipang. Selain menaungi kopi, buah jipang ini juga bisa kami panen untuk dijual. Orang tuaku akan memberikan kami upah setelah kami menyelesaikan pekerjaan. Uang hasil keringatku ini pun kutabung di kantor pos. Orang-orang akan datang ke pembibitan kami untuk membeli bibit kopi, ada tiga jenis kopi yang disediakan, jenis kopi ateng, tim-tim, dan robusta. Harga setiap bibit pun bervariasi, tergantung jenis dan jumlah daunnya.
Pohon Kopi
Kebun kopi keluargaku memang tak seberapa luasnya, hanya di depan dan belakang rumah saja. Tapi setiap musim kopi, keluarga kami juga ikut panen. Kami akan memetik buah-buah kopi yang telah berwarna merah. Buah itu selanjutnya dikupas dengan mesin pengupas. Barulah dihasilkan biji yang berwarna putih. Biji itu selanjutnya dijemur beberapa hari sampai benar-benar kering. Biji yang telah kering selanjutnya di hilangkan kulit arinya baru kemudian di sangrai bersama rempah-rempah agar lebih enak. Biji yang telah disangrai kemudian digiling menjadi bubuk kopi yang siap diseduh. Keluargaku sudah biasa memproses kopi sendiri dari memetik di pohon sampai menjadi bubuk kopi.
Banyak cara orang Gayo dalam menikmati kopi, seperti duduk di warung kopi sambil menghisap rokok dan makan kue. Di Aceh, tersedia banyak warung kopi dan kita pun dapat mencicipi aneka rasa kopi.
Waktu ku pindah ke Jawa, aku sempat berhenti minum kopi sampai SMA. Namun, saat kuliah aku mulai minum kopi lagi. Jangan salah, aku ga maniak kopi. Aku minum kopi hanya pada saat-saat tertentu jika aku benar-benar menginginkannya. Kandungan kafein yang tinggi pada kopi membuat penikmatnya harus berhati-hati, jangan sampai ketagihan. Kerap kali aku juga nongkrong bersama teman-teman untuk menikmati kopi. Di kota-kota besar, seperti purwokerto (padahal ga begitu besar. Haha...) tersedia banyak cafe atau pun warung yang menyediakan berbagai aneka cita rasa kopi. Kamu tinggal memesannya sesuai selera. Sesekali juga boleh mencoba cita rasa yang baru. Selamat menikmati....

Jumat, 16 Agustus 2013

Lebaran Bapak



Lebaran telah berlalu sepekan lalu, namun kondisi bapak belum juga membaik. Masih teringat jelas saat bapak menangis di hari nan fitri itu dalam rangkulan teman sejawatnya. Tak kuasa aku menahan haru saat bapak meneteskan air matanya, mengadu tak bisa menunaikan puasa ramadhan satu hari pun. Tak terbayang betapa sedihnya bapak di hari itu, melihat orang yang lalu lalang menuju masjid untuk menunaikan sholat ied di masjid samping rumah kami, tak terlibat dalam penyelenggaraan sholat ied, tak bisa ke kuburan, dan tak bisa bersilaturahmi ke rumah tetangga dan karib kerabat. Ya... Bapak tak bisa kemana-mana.
Semuanya berubah 180 derajat. Tahun lalu bapak masih sehat bugar, bapak masih bisa berpuasa sebulan penuh, bapak masih bisa mengimami sholat tarawih, bapak masih bisa memberikan khutbah, bapak masih bisa memimpin do’a di pekuburan, bapak masih bisa menjambangi rumah satu persatu untuk bersilaturahmi, dan bapak masih bisa mengikuti acara halal bihalal di sana sini.
Malam ini, kutumpahkan air mataku, air mata yang telah kutahan dari hadapan orang-orang terkasihku karena ku tak ingin membuat mereka ikut bersedih. Aku yakin ini adalah cobaan dari Allah bagi keluarga kami. Harapan akan kesembuhan bapak masih ada, aku yakin itu. Semuanya bisa berubah jika Allah berkehendak.