Minggu, 13 Januari 2013

Skripsi Vs Tesis



Sekarang ku udah mulai nyusun tesis, tetapi kenapa ya semangatku tidak seperti waktu nyusun skripsi???

Kalau tesis dibilang susah, tapi ga juga, skripsiku mungkin jauh lebih sulit. Beberapa perbandingan antara proses penyusunan skripsi dan proposal tesisku, mau tau?
1.   Dari segi banyaknya halaman, skripsiku yang fix dijilid berisi 170 halaman, saat dikumpulin tebalnya seperti kertas 1 rim. Itu sudah dikurangi dengan beberapa perangkat pembelajaran dan penilaian diktatku. Saat ujian, naskah skripsiku mencapai 250 halaman. Sedangkan diktatku yang berisi 94 halaman dijilid terpisah, padahal umumnya juga jadi satu dengan skripsi. Jadi, skripsi + perangkat pembelajaran + diktat = 344 halaman. Kalau proposal tesisku sekarang berisi 40 halaman, jadi hanya sekitar 10% skripsiku. Hahaha….
2.   Metode penelitian skripsiku adalah penelitian dan pengembangan (R & D), penelitian yang masih jarang dilakukan oleh mahasiswa pendidikan. Penelitian ini menghasilkan suatu produk. Aku membuat suatu diktat praktikum biologi bilingual. Penelitian ini harus melalui 10 proses yang tidak mudah, mulai mengumpulkan bahan, desain, menterjemahkan, uji validitas oleh ahli sebanyak 2 kali, uji coba skala kecil dan besar, dan revisi produk sebanyak tiga kali. Hampir semua langkah-langkah itu aku kerjakan sendiri tanpa bantuan teman, termasuk mendesain produk. Padahal bukan ahli desain. hehehe …Tesisku sekarang menggunakan metode survai, jadi hanya observasi saja. Ya liat-liat gtu…..
3.     Sejak pengajuan judul sampai lulus aku butuh waktu 1,5 tahun. Aku mengajukan judul di awal semester 6 dan lulus di akhir semester 8. Bukan karena akunya yang malas tapi memang prosesnya yang lama. Aku termasuk mahasiswa yang rajin bimbingan, namun saat semester 7 sempat berhenti bimbingan karena PPL dan KKN. Selama penelitian, aku berada di sekolah selama 2 bulan penuh. Waktu bimbingan pun biasanya paling cepat 1 minggu baru dikoreksi dosen, bahkan pernah sampai 3 minggu, sedangkan bimbingan tesisku biasanya 1 hari, bertemu dan langsung dikoreksi bersama.
4.      Dari segi biaya, karena skripsiku tentang sebuah produk maka aku butuh banyak kertas untuk mencetak produk, perangkat pembelajaran, dan berkas-berkas lainnya. Aku harus mencetak 90 eksemplar diktatku sebanyak 30 halaman (hanya bagian yang diujikan saja) dan semuanya full colour. Belum lagi 2 paket soal untuk 4 kelas. Wah pokoknya, kamarku udah kaya percetakan saja. Tiap hari yang kedengeran bukannya musik tapi mesin printer sampai larut malam. Untung saja, printer-ku setia dan masih bisa dipakai sampai sekarang menemani tesisku. Tidak terhitung berapa rim kertas yang aku habiskan, yang jelas lebih dari 10 rim. Tiap beli selalu dus-dusan. Hehe….. ga konservasi banget ya, ngabisin banyak kertas.
5.      Izin penelitian di Semarang jauh lebih sulit ketimbang Cilacap. Untuk dapat memasuki sekolah, termasuk observasi awal, aku butuh surat pengantar dari Diknas Kota/Kabupaten. Untuk penelitiannya, aku butuh surat izin dari Kantor Kesbangpolinmas, Bappeda, dan Diknas. Berhubung aku penelitian di 2 sekolah yang berbeda, yang satu di Kota Semarang dan yang satu di Kab. Semarang jadi aku harus mengurus 2 kali.

Satu hal lagi, menurut dosenku, skripsiku termasuk berat dan setara dengan penelitian S2. Dulu banyak orang menyangsikan kalau aku dapat menyelesaikannya, sempat juga disuruh ganti judul yang lebih sederhana oleh dosen, tapi aku tetap bertahan dengan judulku. Alhamdulillah semuanya bisa terlampaui, aku lulus 4 tahun kurang beberapa hari. Dosen-dosen pembimbingku, Pak Kris dan Bu Wiwi pun membanggakanku, memamerkan produkku dihadapan rekan-rekan mereka. Bahkan produkku juga laku terjual dalam sebuah Biology Expo di kampus. Sempat juga ditawarin sebuah penerbit, tapi aku belum siap jadi orang terkenal. Hehe….  Dosen Pengujiku, Pak Tyas yang juga seperti pembimbingku, sempat menawarkan bantuan untuk membantu biaya penelitianku karena beliau sangat tertarik dengan penelitianku, tapi aku menolaknya. Setelah ujian selesai, beliau juga menawarkan berapa nilai yang aku inginkan. Setelah ujian, Dosen Pembimbing dan Pengujiku berkata bahwa sebenarnya kamu sudah dapat gelar Master, skripsimu seperti tesis. Semoga kamu bisa S2. Alhamdulillah, Bapak Ibu, semua kata-kata kalian di dengar Allah, begitu lulus S1 saya langsung dapat beasiswa untuk menempuh S2 dan sekarang tengah menyusun tesis.
Nah, itu beberapa hal seputar skripsiku. Kalau dilihat-lihat dan berdasarkan pengalaman, skripsiku yang berat bisa aku lalui, jadi aku harus bersemangat untuk menyusun tesis ini.
***CAYO! SEMANGAT!***

Kamis, 10 Januari 2013

Jika Aku Menjadi (Melly)

Malam tak bertuah, siang tanpa pesan
Sinisnya hari menyapa diriku
Manusia biasa mungkin takkan sanggup
Merenangi nasib gelap gulita
Bentangkan hatiku 
Tuhan peluk aku 
Cinta sahabat menafkahi jiwa

Reff:Jika aku menjadi seperti yang lain hidup bercahaya
Mungkin saja aku kehilangan rasa syukur, tak tersenyum dalam damai 
Coba kau jadi aku, sanggupkah bernafas tanpa udara 
Namun ku nikmati nasib dan takdir hidup ini bila Tuhan yang mau

Repeat *Repeat reff
Jika aku menjadi berubah melawan garis yang tertulis 
Bukannya Tuhan tidak mendengar doa kita tapi Ia tahu yang terbaik 
Jika aku menjadi

Apa Artinya Cinta (Melly Ft. Ari Lasso)

Tiba-tiba engkau ada
Kemudian engkau hadir
Laksana kerdil ku memeluk
Lihat aku lebih dalam
Di matamu ku melihat 
Ada cinta yang tersirat 
Sirami hati merebak
Barangkali aku salah 
Ku terdiam bukan bisu 
Tahu engkau besar malu 
Tutupi rasa gelisah
Biar saja waktu nanti 
Yang menikmati kisah ini 
Bersamamu aku senang

Belum juga kah kau menyadarinya 
Akulah yang pantas untuk kau cintai 
Di bawah langit biru aku bersumpah 
Diriku tanpamu apa artinya cinta
Arti cinta ini sudah menelan waktuku 
Siang malam hanya untuk pikirkan engkau 
Sejuta kali aku berani bersumpah 
Diriku tanpamu apa artinya cinta
Biar saja waktu nanti 
Yang menikmati kisah ini
Bersamamu aku senang
Belum juga kah kau menyadarinya 
Akulah yang pantas untuk kau cintai 
Di bawah langit biru aku bersumpah 
Diriku tanpamu apa artinya cinta

Rabu, 02 Januari 2013

Malam Pergantian Tahun


Semuanya benar-benar diluar dugaan.  Malam itu sang koordinator Ayu Mouri tidur lebih awal, Enk Minuscula yang bosan pun ikut tertidur  menyusulnya. Aku pun asyik mengetik proposalku hingga tengah malam. Baru saja aku update status “Malam ini pun masih setia dengan proposal”, eh Ayu Mouri malah bangun saat jam sudah menunjuk pukul 11 malam.

Ayu pun mengajakku keluar, Enk pun kita bangunkan dengan paksa. Jadilah kita bertiga keluar malam itu pada pukul 11.30 malam. Kita pun masih bingung mau kemana. Sebenarnya ada tawaran untuk bergabung dengan teman-teman kelas lainnya yang sedang mengadakan acara di kos salah seorang teman, tapi kita tidak mungkin kesana karena jauh dan kendaraan yang terbatas. Jadilah kita keluar di sekitar kampus saja dengan naik motor bertiga ala ‘Cenglu’ hahaha……  Tempat tujuan pertama kita adalah membeli kembang api. Terus mengitari jalanan kampus UNSOED Grendeng dan  memutar arah menyusuri Jalan Gunung Muria menuju kampus UNSOED Karangwangkal untuk menyaksikan kembang api dari Gedung Jurusan Farmasi. Di Gedung Farmasi kita bertemu dengan Mas Yogi, teman sekelas kita. Kami pun menyaksikan pesta kembang api di sekitar GOR Satria dari Gedung Farmasi. Hanya beberapa saat kita disana kemudian dengan berjalan kaki kita menuju ke Gedung LPPM. Di sanalah kami membuat acara yang tidak diduga-duga sebelumnya. 

Gedung LPPM masih terlihat ramai, ada beberapa orang penjaga disana. Kebetulan juga gedung itu sedang ditata untuk acara nikahan esok harinya. Awalnya kami hanya pesta kembang api saja bersama dengan para penjaga LPPM. Saat kembang api memercikkan cahayanya diangkasa, sungguh luar biasa, semua beban rasanya hilang, yang ada hanyalah kegembiraan dan kebersamaan. 
Mas Luqman, sang penjaga LPPM menyalakan kembang api

Dua kembang api yang kami bawa sudah habis. Lantas apa acara kami selanjutnya???
Cari makan aja, sambil kita nongkrong di depan.  Ayu dan Mas Yogi pun pergi untuk membeli makanan. Saat mereka kembali, ternyata tidak hanya makanan dan minuman saja yang dibawa, tetapi juga tiga bungkus lilin. 

“Ayo kita buat tulisan dengan lilin ini: 2013 BU MIL”. 

Ayu, Mas Yogi, Enk, dan Aku pun segera memotong dan menata lilin itu sehingga membentuk tulisan “2013 BU MIL”
Potongan lilin yang tidak rata membuat kami kesulitan untuk menata lilin itu, tapi berkat semangat dan usaha yang keras kami pun bisa mendirikan semuanya.  Semua lilin dinyalakan.

“Ayo difoto”.
“Aduh kameranya ga ada”.
“Pake Hp-pake HP”.
“HPku ga canggih, fotonya kabur. Pake HP Mas Yogi aja yang lebih canggih”.
“HPnya mati”.
“Di charge cepat, mumpung lilinnya masih nyala”.

Mas Yogi pun langsung berlari mencari sumber listrik di Gedung LPPM. Beberapa saat kemudian dia pun dating dan mengambil beberapa gambar. 

“Aduh ga keliatan semuanya, kurang tinggi ngambil gambarnya”.
“Ambil kursi ayo cepat, lilinnya sudah ada yang mati”.
“Ayo dinyalakan lagi”.

Mas Yogi pun berlari ke dalam ruangan untuk mengambil kursi. Kemudian ia pun mengambil beberapa gambar lagi…. Selesai mengambil gambar, saatnya tiup lilinnnnnnn…… kami pun meniupnya bersama-sama, merasakan kepuasan kami…

Semua lilin sudah mati, sebagai Mahasiswa Ilmu Lingkungan yang bertanggung jawab kita pun membersihkan bekas lilin-lilin itu, termasuk ‘mengepel parkiran LPPM dengan tangan’ hahaha…. Cinta kampus banget ya…

Acara malam itu pun berakhir pukul 03.00 Wib dini hari. Malam itu benar-benar diluar dugaan. Mungkin ini adalah malam pertama dan terakhir kami merayakan tahun baru bersama. Semoga harapan, impian, dan cita-cita kita dapat tercapai di tahun 2013 ini. Bukan hanya malam ini saja kebersamaan kita, tapi juga di malam-malam yang lain ^_^